longsor
Suasana kesedihan anaknya dan kerabat korban saat berada di RSU Klungkung, Kamis (6/7). (BP/nan)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Meninggalnya pekerja I Nyoman Sarta (60) asal Banjar Togoh, Desa Bumbugan, akibat tertimbun tembok ambrol saat mengerjakan sebuah proyek got di Banjar Tangah, Dusah Nyanglan Tengah, Banjarangkan, Klungkung, Kamis (6/7), masih menyisakan duka mendalam bagi pihak keluarga. Korban meninggalkan empat orang anak diantaranya, Kadek deni (37), Ketut tanggu (28) I Wayan Tagel (25), dan Ni Komang Ayu Pertiwi (34).

Kesedihan masih dirasakan putri korban Ni Komang Ayu Pertiwi (34) ketika melihat jenasah ayahnya terbujur kaku di kamar jenasah. Sebelum ayahnya meninggal dengan kejadian tragis yang menimpa ayahnya itu, dirinya mengaku sempat bermimpi kalau giginya goyang atau ogel. Namun, giginya tidak jadi tanggal. “Saya mimpi gigi goyang. Mimpi itu terjadi tiga hari yang lalu,” ucapnya sambil meneteskan air mata.

Ayu pertiwi mengungkapkan, dirinya memang sudah menceritakan mimpinya itu kepada ayahnya. Hanya saja, tidak ada respon dari ayahnya terkait penyampaian itu. Tak hanya sama ayahnya saja, dirinya juga menyampaikan mimpi itu, kepada ibunya Ni Ketut Sutri. Namun lagi-lagi sama tidak ada respon apa-apa.

Baca juga:  Longsor Timbun Akses Jalan ke Pura Penataran Agung Nangka

“Sudah saya ceritakan, tapi ayah saya tidak tanggap. Begitu juga ibu sama tak ada respon. Saya kepikiran terus dengan mimpi itu, mengingat sebelumnya saya sempat bermimpi jika gigi saya tanggal. Dan bernar saat itu keponakan saya yang baru lahir meninggal dunia,” kenangnya.

Sementara anak bungsu korban (I Nyoman Sarta red) I Wayan Tagel (25) mengatakan, dirinya mendapat informasi ayahnya meninggal dari kerabatnya. Saat kejadian dirinya sedang di pasar untuk berbelanja. “Bapak saya di bilang di RSU Klungkung, Tapi saya masih ragu, mengingat bapak saya sedang bekerja,” ucapnya.

Baca juga:  Tetap Waspada Penyebaran Covid-19, Perkantoran Pemprov Terapkan Aplikasi PeduliLindungi

Dia menambahkan, dirinya tidak ada firasat apa-apa sebelum ayahnya meninggal. Hanya saja, kata dia merasakan keanehan pada ayahnya. Sebab, biasanya saat dirinya membuat layang-layang biasanya bapak sering marah-marah, namun hari Rabu, tumben saat itu bapak tidak marah melihat saya bikin layangan,” kenangnya.

Pemuda 25 tahun itu, menceritakan kalau bapaknya baru menjadi tukang sejak setahun lalu. Kata dia, sebelum beralih menjadi tukang, ayahnya sebelumnya berjulan koran di Terminal Ubung Denpasar,” ujar Tagel sembari menyatakan, jika jenasah ayahnya bakal dititip di RSU sampai upacara di Pura Desa setempat selesai dilaksanakan. “Rencannya nanti akan dikubur tidak diaben,” tutupnya. (eka prananda/balipost)

Baca juga:  Sepanjang 2018, Ratusan Bencana Terjadi di Gianyar

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *