Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto saat seminar internasional “Navigating Financial Stability in an Evolving Economic System” yang digelar Otoritas Jasa Keuangan dan Asian Development Bank (ADB) di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Kamis (13/7). (BP/ist)
MANGUPURA, BALIPOST.com – Satu dasawarsa sejak berawalnya krisis keuangan, telah banyak perkembangan dalam sistem perekonomian dan keuangan dunia. Beragam inisiatif telah ditempuh untuk menanggulangi dampak krisis. Salah satunya, memperkuat sistem keuangan global, mulai dari program stimulus di berbagai negara hingga reformasi sistem keuangan global secara masif yang dipelopori oleh negara-negara anggota G20.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kebutuhan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan menjadi makin penting di tengah situasi perubahan ekonomi global yang berlangsung cepat. Untuk itu, diperlukan kebijakan dan perangkat regulasi yang komprehensif serta perilaku pelaku industri keuangan yang terukur dalam mengambil risiko.

Baca juga:  Terus Membaik, Nilai Keselamatan Penerbangan Indonesia

Agar sistem keuangan dan perekonomian tetap resilient dalam mengantisipasi gejolak yang dapat muncul sewaktu-waktu. Demikian diungkapkan Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto saat seminar internasional “Navigating Financial Stability in an Evolving Economic System” yang digelar Otoritas Jasa Keuangan dan Asian Development Bank (ADB) di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Kamis (13/7).

“Penguatan struktur sistem keuangan mengerucut pada aspek sistem keuangan, diyakini akan menjadi prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih kokoh dan langgeng,” ujarnya.

Baca juga:  Soal Coronavirus, Bali Lakukan Antisipasi Didatangi 2 Penerbangan Langsung dari Wuhan

Untuk merealisasikannya, diperlukan pemahaman yang holistik mengenai kondisi lingkungan yang sedang tejadi, potensi risiko yang berkembang, serta kebutuhan dari industri keuangan. “Kesiapan menghadapi krisis bukanlah proses sekali waktu, melainkan perjalanan yang tidak akan pernah berakhir,” katanya.

Menurutnya, berbagai upaya ini turut membantu perbaikan eksnomi global yang tengah berlangsung. Namun, situasi ketidakpastian masih menyelimuti ekonomi dunia, dalam beberapa waktu terakhir. Seperti, menguatnya semangat proteksionisme, harga komoditas yang masih mengalami tekanan, serta meningkatknya tensi geopolitik di berbagai belahan dunia.

Baca juga:  Kajati Siapkan 69 Jaksa Tangani Pemilu

Faktor – faktor risiko ini, kata dia, membantu memberikan tekanan terhadap stabilitas sistem keuangan, dan pada gilirannya berpotensi mengganggu proses pemulihan. Selain itu, sektor keuangan juga dihadapkan pada makin maraknya pemanfaatan kemajuan teknologi dalam masyarakat.

Penerapan teknologi di sektor keuangan ini akan mengubah pola transaksi ke depan. Di satu sisi, pemanfaatan teknologi ini akan memberikan manfaat melalui peningkatan efisiensi dan perluasan cakupan layanan keuangan. “Di sisi lain perkembangan ini perlu diantisipasi dengan baik agar tidak menimbulkan kritik yang tidak diharapkan,” ucapnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *