JAKARTA, BALIPOST.com – Mulai tahun ini PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) melakukan pilot project digitalisasi untuk operasionalisasi pembangkit listrik. Anak perusahaan PLN yang memproduksi listrik dan menyuplai kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali ini, menggandeng General Electric (GE) untuk sistem digitalisasi pengelolaan pembangkit listrik secara digital.
CEO GE Indonesia Handry Satriago mengatakan industri energy Indonesia sedang mengalami transformasi yang belum pernah terjadi selama ini seperti operasionalisasi pembangkit listri dari cara kerja manual ke sistem digitalisasi yang saat ini dikembangkan perusahaannya. Oleh karena itu, perlu pemahaman luas mengenai pengelolaan energy yang terus berubah.
“Inilah alasan diadakannya konferensi Powering Indonesia, seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat mengetahui tantangan utama. Mulai dari government dengan kehadiran Bapak Menteri Eenergi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Ignasius Jonan dan Bapak Menteri Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Eko Putro Sandjojo dan para pelaku industri kelistrikan,” kata Handry Satriago pada sesi jumpa pers disela-sela konferensi di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (19/7).
Selain dihadiri Menteri ESDM dan Menteri PDTT, konferensi juga dihadiri pihak berkpentingan antara lain Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur dan Bali PT. PLN Amin Subekti, Direktur Utama PT Hutama Karya Tbk (HK) I Gusti Ngurah Putra, President dan CEO Distributed GE Power Carlos Lange, Kepala Regional Grid Solution GE Power Jean Pierre Faure, dan sejumlah pemangku kepentingan lainnya.
Acara juga diisi dengan diskusi dan penandatangan kontrak kerjasama (MoU) sejumlah pihak yaitu pemerintah yang diwakili Kementerian ESDM, PLN, PT. PJB, perusahaan asal Jepang Marubeni, dan PT Hutama Karya, BUMN yang selama ini dipercaya mengerjakan konstruksi dalam pembangunan pembangkit listrik.
Handry meyakini dengan penerapan sistem digitalisasi, akan banyak terjadi efisensi terhadap operasionalisasi produksi maupun pemeliharaan alat-alat pembangkit listrik. Selain itu, PLN juga juga tidak akan lagi mengalami pemadaman mendadak seperti yang selama ini dikeluhkan masyarakat.
“Itu karena sisitem digitalisasi. Saya mengambil contoh, sebuah mur yang kelihatan kecil tetapi penting dan diprediksi akan rusak dalam waktu lima tahun. Tetapi baru satu tahun berjalan, melalui proses pemeriksaan digitalisasi ternyata diketahui, usia mur tersebut sudah harus diganti. Hal-hal kecil yang sulit terdekteksi seperti ini, kini bias dideteksi oleh sistem digitalisasi. Kami meminimalisasi kerusakan mesin yang berdampak pada produksi listrik,” kata Handry.
Ia juga meyakini dengan teknologi digital dan pengoperasian terpusat akan membantu PJB mencapai target dua kali lipat peningkatan kapasitas listrikhingga 22GW pada tahun 2022. (Hardianto/balipost)