JAKARTA, BALIPOST.com – Isu kerusakan lingkungan di laut menjadi salah topik  pembahasan dalam Sidang Kaukus Antar-Parlemen Asean atau Asean Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) ke-9 di Jakarta, yang ditutup Rabu (19/7). Isu kelestarian lingkungan dinilai penting karena mempengaruhi kesehatan bagi generasi di masa depan.

“Kaukus menyepakati sejumlah isu-isu terkait sampah l aut untuk dibahas lebih lanjut di Sidang Umum AIPA, termasuk dalam penggunaan tas plastik. Delegasi DPR RI bahkan mengusulkan agar konsep ramah lingkungan juga menjadi pembahasan dan inisiatif di sidang AIPA, termasuk pertemuan-pertemuan AIPA yang berkonsep hijau,” kata Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon selaku pimpinan sidang.

Selain membahas isu lingkungan di kawasan perairan laut ASEAN yang jumlah mencapai 80 persen dari daratan, sidang AIPA ke-9 juga membahas potensi konflik terkait wilayah laut antar negara. “Pada kesempatan ini tema yang diangkat mengenai Maritime Cooperation dan Peace and Civility di ASEAN,” katanya.

Baca juga:  Kaling Karangasem Ajukan Aspirasi ke DPRD, Ini Permintaannya

Diakuinya, saat ini masih terjadi beberapa persoalan yang dihadapi negara ASEAN seperti sengketa laut, narkoba hingga perdagangan manusia. Hasil sidang AIPA ini diharapkan mampu memberikan solusi bagi persoalan tersebut di masing-masing negara.

“Di ASEAN, Indonesia salah satu negara yang 80 persen adalah kawasan maritim, ini mempunyai potensi besar untuk hal positif seperti perdagangan. Di sisi lain juga ada potensi konflik terkait sengketa, seperti di Laut Cina Selatan yang punya dampak langsung di ASEAN,” ujar politisi dari Partai Gerindra itu.

Baca juga:  Presiden Jokowi Pimpin 12 Pertemuan Selama KTT ASEAN

Sementara itu, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, mengatakan isu-isu seperti korupsi, narkoba, dan terorisme, sudah seharusnya dijadikan isu besar untuk menyatukan bangsa-bangsa ASEAN melalui kelembagaan AIPA. “Tiga isu tersebut yang kurang dimaksimalkan, kita di AIPA itu perlu memperkuat sekretariat dulu, karena paling tidak dalam usia ke-40 itu orang kenal bahwa ada yang namanya parlemen ASEAN,” kata Fahri.

Selama ini, AIPA secara lebih spesifik belum dikenal masyarakat kendati ASEAN memiliki potensi besar dalam sumbangsihnya terhadap persoalan tingkat regional hingga internasional. “AIPA ini umurnya sudah hampir 40 tahun seiring dilaksanakannya Caucus ke-9 di Jakarta, sedangkan ASEAN sudah hampir 50 tahun, sehingga harus ada ide besar didalamnya. Misalnya benar tidak kita bisa mengintegrasikan kawasan ini,” ujarnya.

Baca juga:  Bertemu Megawati, Gubernur St. Petersburg Tawari Buka Penerbangan ke Bali

Sepuluh perwakilan negara-negara ASEAN hadir dalam sidang kali ini antara lain Brunei Darussalam yang dipimpin Hafimi Abdul Handi, Kamboja dipimpin Chhit Kim Yeat, Indonesia dipimpin Fadli Zon, Malaysia dipimpin Datuk Rozman bin Datuk Haji Isli, Myanmar dipimpin Htoot May, Philipina dipimpin Maria Lumen B Isleta, Singapura dipimpin Gan Thiam Poh, Thailand dipimpin Werapan Sookgont, Vietnam dipimpin Le Quang Huy, dan Laos dipimpin Viengthavisone Thephachanch. Sekjen AIPA Caucus, Isra Sunthornvut asal Thailand. (Hardianto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *