YOGYAKARTA, BALIPOST.com Destinasi prioritas Borobudur tampaknya bakal melesat. Itu setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya kompak meresmikan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur di Gedung Trimurti Kompleks Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta, Rabu (19/7).
Pembentukan Badan Otorita Pariwisata Borobudur berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur yang sudah disahkan presiden 11 April lalu dan diundangkan pada 12 April 2017 lalu.
“Sudah sejak 3 bulan lalu Perpres ini sudah diteken Pak Presiden Jokowi,” kata Menkomar Luhut, yang terpotong oleh liburan Lebaran. “Saya percaya dengan Pak Arief Menpar, BOB ini akan segera running,” kata Luhut.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun mengatakan, BOP ini akan menjadikan Destinasi Borobudur sebagai salah satu destinasi pariwisata nasional dan internasional yang memiliki kekayaan potensi wisata budaya berkelanjutan yang mampu menarik 2.000.000 wisatawan mancanegara pada tahun 2019.
“Borobudur dikembangkan sebagai destinasi yang memiliki kekuatan daya tarik yang berbasis pada potensi heritage dan sudah diakui sebagai UNESCO World Cultural Heritage. Pengembangannya nanti akan difokuskan pada elemen 3A yaitu atraksi, aksesibilitas dan amenitas,” ujar Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, tugas dari BOP Borobudur ini nantinya meliputi melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Pariwisata Borobudur. “Critical success factornya ada di akses! Dan itu sudah ada jawabannya, Bandara New Jogjakarta International Airport di Kulonprogo akan menjawab masalah aksesibilitas udara menuju Joglosemar,” jelas Arief Yahya.
Dia menjelaskan 75% Wisman masuk ke Indonesia melalui udara. 24% melalui penyeberangan dan itu terbesar di Kepri ke Singapore. “Jadi kalau minus Kepri, maka hampir 100% wisman masuk melalui udara, karena itu airport menjadi critical success,” ungkap Arief.
“Meliputi DPN Borobudur Yogya, KSPN Borobudur, KSPN Dieng, DPN Semarang Karimunjawa, KSPN Karimunjawa, DPN Solo Sangiran, KSPN Sangiran dan 300 Ha lahan Perhutani Kedu Purworejo,” sebut Menpar Arief Yahya.
Penetapan Tim Pansel, Assessor dan persiapan administrasi akan dilakukan pada 1-4 Agustus mendatang. Sementara Direktur Utama harus sudah ada pada 31 Agustus 2017 mendatang.
“Nanti akan ada 10 calon Direktur Utama yang diusulkan akan dilakukan seleksi untuk menjadi tiga orang. Dari tiga orang ini nanti salah satunya akan menjadi direktur utama Badan Otorita Borobudur,” papar pria asal Banyuwangi ini.
Lagi-lagi, Menpar Arief mengingatkan bahwa kelemahan pengelolaan Borobudur selama ini adalah, single destination, multimanagement. Ada zona 1 yang dikelola Kebudayaan (Kemendikbud), zona 2 dikelola BUMN, zona 3 Pemda dengan ribuan pedagang, dan zona 4 Kemenpar.
BOB hadir dengan kawasan otoritatif dan kawasan koordinatif. Badan otorita inilah yang akan mengintegrasikan semua kekuatan atraksi Joglosemar, dan tidak akan menyentuh zona 1-2-3. Ke-4 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Borobudur, Dieng, Karimunjawa dan Sangiran akan disentuh dalam single destination.
“Kita benchmark saja, Angkorwat Kamboja itu candinya lebih kecil, lebih muda, sebagai heritage, tapi menghasilkan 2,5 juta wisman setahun. Borobudur yang menjadi mahakarya budaya dan jauh lebih kuat, hanya 275 ribu wisman setahun? Penang yang punya Georgetown juga sudah 720 ribu wisman! Maka kita harus menjadi single management,” ungkap Arief Yahya.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaluddin menegaskan setelah peresmian BOP, masih ada proses administrasi pemilihan kepala BOP.
“Peraturan Presiden tersebut mengamanahkan pembentukan BOP Borobudur paling lambat tiga bulan setelah Perpres disahkan. Saat ini panselnya masih diproses Kementerian Pariwisata,” kata Ridwan.
BOB akan mengelola kawasan pariwisata di tiga destinasi pariwisata nasional meliputi Solo-Sangiran dan sekitarnya, Semarang-Karimun Jawa dan sekitarnya, serta Borobudur-Yogyakarta dan sekitarnya.
Setelah peresmian BO Borobudur (BOB), pemerintah menargetkan potensi-potensi pariwisata dalam pengelolaan BOB dapat dimaksimalkan sekaligus dijaga tetap lestari.
“Tugas BOB salah satunya adalah mengkoordinasikan pengelolaan pariwisata dengan lembaga-lembaga pengelola yang sudah ada sebelumnya dan pelibatan masyarakat” kata Ridwan.
Pemerintah mengklaim pengelolaan dalam satu manajemen atau “One Destination One Management” melalui badan otorita khusus tiap destinasi dapat meminimalkan potensi konflik. “One Destination One Management berfungsi meminimalkan potensi konflik, agar penataan pariwisata dapat berkelanjutan, memberi manfaat bagi penduduk sekitar sekaligus menjaga kelestariannya,” tambahnya.
Borobudur menjadi satu dari 10 destinasi pariwisata yang jadi prioritas dikembangkan hingga 2019. Destinasi pariwisata lainnya adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Morotai di Maluku Utara, Tanjung Lesung di Banten, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan Kawasan Bromo Tengger di Jawa Timur. (kmb/balipost)