garam
Aktivitas transaksi di Pasar Galiran, Klungkung. (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Keberadaan garam di pasar tradisional Kabupaten Klungkung sejak sebulan lalu tergolong langka. Hal tersebut menyebabkan harga jualnya naik signifikan. Kondisi demikian juga sangat mencekik sejumlah usaha.

Berdasarkan pantauan, Jumat (21/7), kelangkaan garam salah satunya terjadi di Pasar Galiran. Itu tak hanya terjadi pada non yodium atau grasak, tetapi juga yodium. Garam yang dijual pedagang saat ini bukan pasokan baru, melainkan sisa sebelumnya.

Salah seorang pedagang, Nengah Ardana menuturkan kondisi ini telah berlangsung sejak sebulan lalu. “Ini sudah terjadi sejak sebulan. Sangat langka,” ujarnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Dorong Garam Tradisional Bali Dikonsumsi Lebih Masif

Kondisi itu, sambung dia menyebabkan harga bumbu dapur bercitarasa asin ini naik seratus persen, dari awalnya Rp 7 ribu menjadi Rp 14 ribu per kilo. Mengalahkan harga gula pasir yang hanya kisaran Rp 12 ribu. Hal ini cukup membenani pengeluaran konsumen. “Harganya naik dua kali lipat. Itu pun tidak ada lagi penjualannya dari petani,” ungkapnya.

Kelangkaan dan lonjakan harga garam itu sangat memukul masyarakat yang memiliki usaha produksi sambal. Seperti halnya Jero Ratna. Biaya yang dikeluarkan setiap harinya naik signifikan. Kondisi serupa juga dialami usaha pengasinan telur. “Sambal itu harus diisi garam. Sekarang harganya naik, itu cukup membebani,” imbuhnya.

Baca juga:  Harga Gula Masih Tinggi, Ini Langkah yang Akan Diambil

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Klungkung, Wayan Ardiasa mengatakan sejauh ini pihaknya belum melakukan pemantauan harga khusus untuk garam. “Yang dipantau hari Senin dan Kamis adalah sembilan bahan pokok saja. Karena kasusnya (harga naik-red), akan saya tugaskan Kasi yang menangani,” jelasnya.

Berita sebelumnya, produsen pindang di Kusamba juga tidak bisa mendapatkan pasokan garam Madura sejak dua bulan lalu. Supaya tetap berproduksi, mereka terpaksa mendatangkan dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Harganya kisaran Rp 3.500 per kilo, melonjak dari sebelumnya yang hanya Rp 1.500. “Garam Madura nihil,” ujar seorang pemindang, Dewa Ayu Ratih. (sosiawan/balipost)

Baca juga:  Badung Gelar OP, Harga Beras Turun Hingga Rp 200 Perkilo
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *