GIANYAR, BALIPOST.com – Kabupaten Gianyar sebagai kota layak anak belum sepenuhnya bebas dari jajanan liar yang tak sehat. Hal ini didasarkan hasil temuan KPPAD (Komisi Perlindungan Perempuan Anak Daerah) Bali di sejumlah sekolah di kawasan seni ini, bahwa masih marak penjualan jajanan yang tak sehat.
Komisioner Bidang Pendidikan Kebudayaan dan Kesejahtaraan Masyarakat Komisi Perlindungan Perempuan Anak Daerah Bali, Ir Kadek Ariasa mengatakan jajanan yang kurang sehat ini kerap ditemukan di sekolah –sekolah. Salah satunya di SDN 2 Puhu, Jumat (21/7). “Tadi saya kaget mendapati jajanan yang dijual PKL ke SDN 2 Puhu Payangan, nampak kurang sehat,“ ucapnya.
Ariasa mengaku menemukan jajanan seperti sosis yang terlalu kenyal mirip karet, saus yang tanpa tanggal kadaluwarsa, serta bahan-bahan es cendol yang berwarna mencolok. Ia pun memperkirakan makanan tersebut tak layak konsumsi, apalagi untuk anak-anak sekolah sebagai generasi cerdas penerus bangsa. “Sebenarnya bukan hanya di sini, di sejumlah sekolah di Gianyar juga masih banyak penjualan jajanan seperti ini,” katanya.
Melihat kondisi ini, ia pun menegaskan akan membawa sampel makanan tersebut ke BPPOM Denpasar untuk dicek. Selain itu pihaknya juga ada agenda turun ke sekolah-sekolah. “ Terutama kantin dan tempat belanja siswa, apakah makanan yang dijual sudah layak apa tidak, ini akan kami cek,” jelasnya.
Menurut Ariasa, anak-anak yang masih awam tentang jenis makanan ini belum menyadari betapa pentingnya kesehatan. Sehingga apa yang dilihat menarik, dimakan tanpa memikirkan dampaknya. Namun bila hal ini dibiarkan ia khawatir akan menjadi timbunan penyakit. “ Pada akhirnya ini bisa menjadi pemicu kanker, atau berbagai penyakit yang mudah di derita anak seperti panas atau diare, “ jelasnya.
Pihaknya meminta peran serta orangtua, sekolah dan masyarakat agar bersama-sama mengawasi jajanan anak-anak di sekolah maupun di luar rumah. “Sangat penting orangtua menyiapkan bekal makanan dari rumah. Tapi jika tidak bisa, minimal beri nasehat kepada anak-anak agar jangan jajan sembarangan,” pintanya.
Ariase mengingatkan makanan di luar rumah yang dominan merupakan produksi industry rumahan, harus diperhatikan jenis, sumber, penyajian dan prosesnya. ” Agar jangan sampai kita menimbun penyakit secara perlahan. Makanan lokal lebih sehat, apalagi tahu siapa yang buat, bagaimana prosesnya dan bagaimana penyajiannya,” tandasnya. (manik astajaya/balipost)