Sejumlah anak-anak memainkan permainan tradisional bersama Bupati Anas dalam Festival Memengan, Sabtu (22/7). (BP/udi)
BANYUWANGI, BALIPOST.com – Sebagai kota layak anak, Banyuwangi gencar melestarikan berbagai permainan tradisional yang nyaris punah. Salah satunya menggelar Festival Memengan (mainan), Sabtu (22/7). Ribuan anak-anak SD hingga SMP unjuk gigi, memainkan beragam permainan tempo dulu yang sudah mulai punah.

Festival di jalan protokol Banyuwangi ini menjadi atraksi menarik bagi warga. Jalanan disulap menjadi arena bermain yang asyik. Mereka berparade sambil bermain aneka mainan lawas. Seperti, egrang bambu, gasingan, bedhil-bedhilan, gobag sodor, engklek, dakon, bintang aliyan, medi-median, balap karung, klompen panjang, tarik tambang hingga dagongan.

Salah satu peserta festival Faiqoh Milaila, siswa SDN 2 Blambangan Muncar mengaku sangat senang bisa ikut bermain permainan tradisional. Dia bermain klompen yang terbuat dari kayu kelapa bersama teman-temannya. Tadinya Faiqoh tidak bisa memainkan alat tersebut, tapi setelah berlatih selama satu minggu akhirnya bisa. “Ternyata sangat menyenangkan bermain permainan ini. Selama ini belum pernah main sebelumnya,” kata Faiqoh.

Baca juga:  BRI Rayakan HUT ke-127 bersama 40.000 Pekerja

Tak hanya bermain permainan tradisional, anak-anak tersebut juga menampilkan bakat seni dan budaya. Seperti melakukan tarian barong cilik dan jaranan buto. Sebagian anak juga bermain alat musik yang tidak biasa, mereka membentuk formasi drum band yang alat musiknya terbuat dari bahan-bahan yang ada di lingkungan rumah. Seperti terompet yang terbuat dari janur kelapa dan seruling dari pipa paralon, ditambah iringan rebana, menghasilkan irama musik yang unik. Sangat kreatif.

Baca juga:  Festival Memengan di Banyuwangi, Ajak Wisatawan Nostalgia Mainan Masa Kecil

Suasana makin meriah saat suara peluru kertas dari senapan bambu dan pelepah pisang berdesingan di udara. Mirip di medan perang. Tak mau kalah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga ikut bermain tembak-tembakan bersama mereka.

Anas juga ikut bermain hulahop, egrang, berjalan di atas batok kelapa dan mobil-mobilan dari bambu. Anas mengatakan, sebagian anak-anak kemungkinan tidak mengenal permainan-permainan tradisional seperti ini.

Padahal permainan tradisional memiliki banyak filosofi. Dengan digelarnya festival memengan ini, sekaligus sebagai upaya untuk memperkenalkan pada anak-anak.

Orang tua, imbuh Anas, bisa bernostalgia dengan permainan-permainan yang pernah mereka mainkan semasa anak-anak. “Orang tua bisa nostalgia pada permainan yang populer di masa mereka dulu. Upaya ini sekaligus memperkenalkan pada anak-anaknya dan kami harap bisa membiasakan pada anak-anak mereka,” kata Anas.

Baca juga:  Gempa di Jatim Dirasakan di Kuta dan Sejumlah Lokasi

Anas menambahkan permainan tradisional memiliki banyak unsur gotong royong. Sehingga menumbuhkan kebersamaan dan kepedulian pada anak-anak. Saat ini, menurut Anas, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget, sehingga lebih banyak asyik sendiri. “Ini juga sebagai bentuk pendidikan karakter, mengajak mereka belajar kebiasaan baik, yang sesuai perkembangan usia anak. Lewat permainan tradisional, mereka akan banyak belajar mengasah kreativitas dan dilakukan secara berkelompok,” ujar Bupati Anas. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *