KEFAMENANU, BALIPOST.com – Baru saja selesai membersihkan lumpur di alas sepatu usai kegiatan motorcross di Aruk Sambas Kalimantan Barat, Kementerian Pariwisata langsung melangkah menuju wilayah crossborder Nusa Tenggara Timur (NTT) mempersiapkan event sport tourism lainnya. Wilayah yang berbatasan dengan Timor Leste ini dihentak dengan kejuaraan Road Race Lintas Batas di Sirkuit Oemanu – Kefamenanu, Kabupaten Timur Tengah Utara, pada 22-23 Juli 2017.
Bulan Juni lalu, TTU juga heboh dengan datangnya Mario G Klau yang menghipnotis ribuan penggemarnya di Wini TTU dalam perhelatan Wonderful Indonesia Atoin Meto TTU. Sama seperti konser musik yang telah digelar, Road Race Lintas Batas ini juga diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi perkembangan dunia pariwisata dan menyasar wisatawan mancanegara dari Timor Leste.
“Usai konser musik Mario Gerardus Klau yang sukses digelar di bumi Biinmafo, kini kita gelar Road Race Lintas Batas ini merupakan kolaborasi antara Kefa Racing Team dan Pemkab Timor Tengah Utara dan IMI provinsi NTT. Kami menargetkan lebih dari 1000 wisman Timor Leste menyeberang, bahkan ada yang menginap dan 6000 wisatawan nusantara untuk menyaksikan road race ini,” kata Yohanes, Sekdis Pariwisata TTU, Rabu (19/7).
Dalam Road Race Lintas Batas yang Mengambil tema Safety For ini menargetkan 148 pembalap ikut dalam balapan ini. “Kita targetkan 148 pebalap dengan rincian 17 grup dari Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), 10 Group Oekusii, 9 Group Suai,” tuturnya.
Sementara itu, Hendricus K.O Meko SE selaku Ketua Panitia Lomba menjelaskan, ada 17 kelas yang dilombakan untuk memperebutkan piala bergilir Kapolda dan Piala Tetap Bupati TTU, serta piala tetap Kapolres TTU Cup Race 2017.
Hendricus menerangkan , 17 Kelas yang di lombakan dibagi dalam tiga kategori, kelas pemula dan kelas open. Kelas pemula terdiri dari dua kelas, yaitu kelas bebek 2 tak standar (std) sampai 125cc pemula lokal dan kelas sport std sampai 155cc pemula lokal. Sedangkan kelas open terdiri dari kelas bebek 4 tak tuneup sampai 125cc pemula/sedeed, kelas bebek 4 tak tuneup sampai 150cc pemula/sedeed, kelas tak 2 std 116cc pemula/sedeed, kelas 2tak std sampai 125cc pemula/sedeed, kelas matic std sampai 130cc pemula/sedeed, kelas matic tuneup sampai 150cc pemula/sedeed,kelas 4 tak std sampai 130 pemula, kelas khusus king sampai 140cc, kelas sport std sampai 155cc open.
“Road Race juga dimeriahkan hiburan seperti dance, free style, live music dan penyanyi lokal dari Kefamenanu dan juga dari negara bagian Distrik Oecusy,” ungkapnya.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti yang didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Buatan Kemenpar Ni Putu G. Gayatri berharap, Timor Tengah Utara selain dapat menjadi kota festival budaya bagi Indonesia dan Timor Leste, juga menjadi arena ajang sport tourism. Menurutnya, bila Timor Tengah Utara dijadikan kota festival dan sport tourism, maka pariwisata akan semakin terdongkrak.
“Timor Leste sangat bisa diajak untuk terlibat dalam festival karena antara timur dan barat Pulau Timor memiliki budaya yang sama. Sport tourism kini juga bisa menjadi atraksi baru. Semuanya menjadi ajang untuk meningkatkan hubungan persahabatan yang lebih erat lagi bagi dua negara bertetangga ini,” kata Esthy.
Esthy menambahkan, Kemenpar terus menggelar even internasional dan destinasi crossborder sebagai market potensial di daerah perbatasan termasuk NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini.
“Ada 21 even siap digelar sepanjang tahun 2017. Setelah Konser Mario G Klau ini dan Road Race Lintas Batas ini, Kemenpar telah menyiapkan sederet even yang berskala internasional lainnya. Untuk TTU sudah disiapkan empat agenda,” kata Esthy yang juga diamini Gayatri.
Ini memang sejalan dengan kebijakan Menteri Pariwisata Arief Yahya yang terus melanjutkan program menangkap peluang baru di titik-titik lintas batas dengan negara tetangga.
“Crossborder itu bisa menjadi generator baru untuk menembus wisatawan mancanegara. Dengan menaikkan wisman dari crossborder, masyarakat yang dekat dengan perbatasan juga ekonominya harus terus meningkat dampak dari pariwisata,” ujar Menpar Arief Yahya
Timor Tengah Utara sendiri merupakan salah satu daerah perbatasan antara Negara Bagian Distric Oecuusy dan Republic Demokrat Timor Leste (RDTL) yaitu di terletak di dua jalur pintu perbatasan antara Ridistric Oecusi, tepatnya terletak di pintu masuk daerah Napan, Hau Meni Ana dan Wini, serta pintu daerah perbatasan Mota’ain.
Daerah ini memang merupakan salah satu tujuan wisata, menjejakkan kaki di perbatasan ini ada sensasi tersendiri, khususnya ketika berada di garis Demarkasi yang memiliki lebar sekitar 30 MeterGan’s ini merupakan tempat netral atau garis Internasional yang membatasi kedua Negara.
Di sekitar garis demarkasi ini terdapat pemandangan unik yakni ada hari pasar dimana banyak warga Oecusy dan RDTL menjajakan barang dagangan di perbatasan ini seperti topi, tas, kaos, pashrnina dan kain-kain dengan berbagai macam motif yang bisa dibeli dengan mata uang Rupiah.(kmb/balipost)