DENPASAR, BALIPOST.com – Saat ini masyarakat Indonesia banyak yang terpengaruh terhadap media sosial dan kabar yang belum pasti kebenarannya. Di media sosial berbagai postingan atau kegiatan media sosial yang berbau sara, pornografi, hoax dan sebagainya mewarnai timeline media sosial. Sosial media baik twitter, facebook, instagram ataupun youtube dan media messenger lainnya seperti line dan whatsapp berpotensi menyebarkan konten-konten negatif.
Oleh karena itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Pemerintah Provinsi Bali menggelar pelatihan media sosial bagi pelajar dan sarasehan netizen di Provinsi Bali pada Selasa (25/7).
Sekretariat Revolusi Mental Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Harod Novandi mengatakan, kegiatan ini merupakan inisiasi Kemenko PMK untuk mengajak pelajar dan netizen memanfaatkan media sosial secara positif sebagai implementasi dari ajakan perubahan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
“Bagaimana nanti pelajar sebagai generasi awal bijak menggunakan medsos untuk digunakan ke hal-hal yang positif seperti dalam rangkaian kegiatan revolusi mental. Bagaimana mereka bisa menggunakan medsos untuk mempromosikan usaha, sharing kegiatan positif yang bermakna bagi masyarakat,” urainya.
Ada 5 gerakan dalam revolusi mental yaitu gerakan Indonesia melayani, bersih, tertib, mandiri dan bersatu. Sasarannya adalah pelajar baik SMA, SMK dan Madrasah. Sasaran yang lain adalah mahasiswa, blogger, netizen dan pegiat medsos di Provinsi Bali. Kegiatan ini berlangsung di 34 provinsi di Indonesia.
Mereka diberikan pemahaman mengenai revolusi mental, literasi digital, penggunaan media sosial yang bijak. “Kementerian PMK sampai saat ini bekerjasama dengan Kemkominfo karena penyebaran hoax dan materi konten negatif itu sulit di kendalikan. Kita menghindari hal-hal yang bersifat pemblokiran dan sebagainya melalui edukasi kepada masyarakat melalui pelajar dan bagaimana mempraktekkannya itu,” jelasnya.
Sehingga pihaknya memberikan tentang basis pelatihan dan kemudian peserta mempraktekkannya. Seperti membuat sesuatu menjadi trending topik, memviralkannya dan berpengaruh di masyarakat.(citta maya/balipost)