SEMARAPURA, BALIPOST.com – Produsen gula di Desa Dawan Klod, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung nasibnya serupa dengan pertanian garam di Kusamba. Jumlah sejak beberapa tahun lalu kian berkurang. Hal tersebut disebabkan hasilnya yang tak lagi menjanjikan. Itu juga diperparah dengan tak adanya regenerasi.
Desa Dawan Klod tak hanya terkenal dengan sektor pertaniannya. Namun juga sebagai sentra produsen gula aren. Akan tetapi, sejak lima tahun belakangan, masyarakat yang menggeluti ini kian berkurang. Yang bertahan sudah berusia tua. “Kalau dulu hampir setiap pekarangan ada yang buat. Sejak lima tahun lalu sudah berkurang. Yang tersisa sekitar sepertiga,” ujar Perbekel Dawan Klod, Nengah Suardita.
Prospek yang kurang menjanjikan dinilai menjadi penyebab berkurangnya jumlah produsen. Tidak sebanding dengan proses pembuatannya yang tergolong cukup rumit. Selain itu juga karena sulitnya regenerasi. Anak-anak muda lebih memilih untuk mengadu nasib ke wilayah perkotaan lantaran hasilnya dinilah lebih pasti.
“Buat gula ini kan lumayan prosesnya. Dari mencari aren pada kelapa. Harus naik. Belum lagi saat hujan, jadi sulit. Itu yang membuat perajin berhenti. Anak muda juga memilih bekerja ke kota,” katanya.
Lanjut Perbekel ramah ini, untuk warga yang berhenti berproduksi, memilih untuk beralih ke pekerjaan lain, salah satunya pertukangan. Sementara itu, disinggung kualitas gula yang dihasilkan, dikatakan cukup berkualitas. Tidak kalah bersaing dengan produksi daerah lain. “Kalau gula disini sudah terkenal. Produksinya sudah dari lama,” tandasnya. (sosiawan/balipost)