AMLAPURA, BALIPOST.com – Bali memang tempatnya sejuta festival yang seru dan menarik. Salah satu yang ditunggu-tunggu oleh para wisatawan adalah Festival Pesona Tulamben 2017. Festival ini membidik 18.640 wisatawan mancanegara dan 200 wisatawan nusantara.
Kegiatan akan digelar, 27-28 Juli 2017, di Tulamben, Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem, Bali. “Acara ini bisa menjadi sajian hiburan, sekaligus juga sebagai upaya menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pihak, guna pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Pantai Tulamben,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Esthy Reko Astuti, Kamis (27/7).
Support pun langsung diberikan. Dari mulai pembuatan media promosi, sewa perahu, penyediaan snack dan mealbox peserta serta pembuatan panggung rigging dan juga sewa perahu, semua ikut dibantu Kemenpar. Selain itu, Kemenpar juga akan menghadirkan penyanyi, menyediakan sound dan genset serta membuat t-shirt dan topi untuk undangan VVIP, para peserta dan panitia.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Karangasem, I Wayan Astika menuturkan bahwa Festival Pesona Tulamben 2017 nantinya akan diisi dengan berbagai kegiatan lomba seperti Jukung Race, Fishing Tournament, Pameran kerajinan dan industri rumah tangga, Parade seni dan seni budaya.
“Dua agenda utama yaitu Jukung Race dan Fishing Tournament. Jukung Race akan diikuti oleh 50 Jukung (perahu) nelayan dan lomba mancing ikan lemadang akan diikuti 60 peserta,” tuturnya.
I Wayan Astika menambahkan bahwa Jukung race adalah lomba memacu jukung (perahu) dengan mengandalkan kekuatan angin dan mempertontonkan kelihaian nelayan dalam mengandalkan jukung dan Fishing competition menunjukkan kelihaian dan keterampilan nelayan dalam memancing ikan laut secara manual
“Di Tulamben, yang paling terkenal adalah ikan Lemadang atau mahi mahi atau sebagian warga Bali mneyebutnya Ikan Tumpek. Saat merasakan sensasi tarikan tumpek dan joran yang bergetar saat lemadang menari di atas air, upsss..itu serunya!” promosinya
Festival juga akan menampilkan Pameran stand kerajinan dan industri rumah tangga, stand kuliner yang menyajikan makanan tradisional khas Bali seperti sate gurita, nasi beguling, belayag, tipat cantok, jaje bali dan tentunya Pentas seni Bali yang menghadirkan lima sanggar seni dari Kubu dan Karangasem.
“Festival ini sekaligus untuk memperkenalkan potensi Kecamatan Kubu sebagai wilayah bekembang di Kabupaten Karangasem yang kaya dengan berbagai alam dan kerajinan,” ujarnya.
Selain mengikuti acara Festival, para wisawatan juga bisa menikmati alam wisata Tulamben yang mempesona. Pantai Tulamben tidak memiliki pasir putih maupun hitam yang biasanya menjadi ciri khas pantai di Bali.
Di sepanjang bibir pantai, pesisir berkoral, lengkap dengan air lautnya yang tenang, jernih dan bergradasi hijau kebiruan. Yang paling menarik dari tempat ini adalah adanya bangkai kapal kargo milik Amerika Serikat, USAT Liberty, yang ada di dasar pantai Tulamben, yakni di kedalaman 100 kaki atau 30 meter dari permukaan laut.
Reruntuhan kapal sepanjang 50 meter yang karam pada tahun 1942 tersebut kini sudah menjadi rumah bagi ratusan spesies ikan aneka warna dan terumbu karang cantik yang masih terjaga kelestariannya. Kemudian ada Coral Garden. Spot ini merupakan kawasan terumbu karang. Sehingga turis yang menyelam ke sini akan dimanjakan dengan karang dan ikan-ikan yang warna-warni.
Belum lagi Karangasem yang punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Bali. ”Kami punya Pura Besakih, tempat ibadah agama kami. Tentu ini akan menjadi keunggulan. Wisata bawah laut kami juga tidak kalah dengan underwater world wilayah lain, kita optimisme ini akan menjadi kekuatan yang dahsyat. Kami tidak hanya menawarkan wisata spritual. Turis datang dan tinggal di perkampungan, berbaur dengan masyarakat, belanja ke pasar, tidur di rumah gubuk, dan lainnya,” terang Wayan.
Soal even dan festival, menurut Menpar Arief Yahya, Bali punya kekuatan. Wisata budaya dan alam membuat banyak wisman nyaman berlama-lama di Bali. “Itulah kekuatan Bali, cultural value-nya seimbang dengan commercial value-nya, maka pariwisata hidup dan sustainable,” kata Arief Yahya. (kmb/balipost)