DENPASAR, BALIPOST.com – Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) minta pemanfaatan listrik harus dilakukan secara pintar dan cerdas. Misalnya dalam mengembangkan pembangkit listrik 35.000 MW dinilai harus ada porsi untuk energi baru dan terbarukan.
“Walaupun suplai listrik itu bertambah tapi kalau tidak mendistribusikan atau memanfaatkan secara efisien, kita tidak akan pernah merasa berkecukupan,” kata Eddi Widiono, Founder PJCI, Kamis (27/7) pada acara seminar “Smart Grid Untuk Mendorong Sistem Kelistrikan Yang Handal, Efisien dan Ramah Lingkingan”.
Menurutnya krisis listrik selalu ada di depan mata. Maka dari itu perlu perencanaan yang matang dengan melihat sejauh mana implementasi pemasokan listrik. “Apakah kita bisa mencapai porsi energi baru dan terbarukan di dalam rencana energi nasional yaitu 23 persen pada tahun 2025 atau tidak,” tanyanya.
Hal ini perlu dicermati membangun ketahanan energi tidak saja membicarakan tentang membangun pembangkit dan sumber bahan bakar pembangkit tersebut. Oleh karena itu, komunitas-komunitas kelistrikan diharapkan betul-betul dapat memberikan masukan kepada pemerintah khususnya stakeholder kelistrikan dalam rangka mencapai ketahanan energi secara nasional. “Banyak yang harus dicapai dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” imbuhnya.
Keberdaan energi sebagai salah satu infrastruktur yang sangat penting dalam membangun seluruh sektor kehidupan di Indonesia, termasuk juga dalam energi kelistrikan. “Ini memang membutuhkan kerjasama, kerja cerdas. Oleh karena itu PJCI melalui diseminasi informasi berusaha untuk mendiseminasikan, memasyarakatkan seluruh aspek pemberdayaan masyarakat dalam supply and demand energi,” bebernya.
Ia berharap PJCI semakin kuat dalam mendorong stakeholder kelistrikan dalam rangka mengembangkan energi kelistrikan di Indonesia, baik supply maupun demand. Karena listirik tidak hanya menyediakan tenaga listrik tapi juga melakukan konservasi, efisiensi terhadap listrik juga sangat penting. (Citta Maya/balipost)