MALANG, BALIPOST.com – Walikota Malang Mochamad Anton mengaku bersyukur telah terjadi perubahan yang besar dalam perilaku masyarakatnya. Di kota berhawa dingin ini, masyarakat sangat peduli pada lingkungan.

Penegasan disampaikan Anton saat memaparkan perkembangan Kota Malang pada acara Sosialisasi MPR RI bersama Ketua MPR Zulkifli Hasan di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (28/7). Selain dihadiri Ketua MPR RI, kegiatan tersebut juga dihadiri anggota MPR/DPR RI dari daerah pemilihan Malang Totok Daryanto serta Sekjen MPR RI Ma’ruf Cahyono.

Anton mencontoh, kepedulian lingkungan warganya bisa dilihat dari hal kecil seperti masyarakat yang ikut menjaga kebersihan. “Sekarang masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Ada perubahan masyarakat dari pasif menjadi produktif,” ujarnya. 

Kepedulian masyarakat tersebut berkaitan erat dengan produktifitas warga yang mendeklarasikan kampung-kampung di lingkungannya sebagai kampung-kampung tematik. Kampung tematik merupakan program memunculkan potensi yang dimiliki masyarakat setempat sebagai suatu kelebihan yang menjadi ciri khasnya.

Baca juga:  Lalu Lintas Ternak Bali-Jawa Dihentikan Sementara

Menurut Anton, banyak warganya kini mulai sadar bahwa mereka memiliki potensi sumber daya alam yang besar terutama keindahan alamnya. Kota yang memiliki banyak pegunungan dan obyek wisata ini menggenjot pengembanga sektor wisatanya dengan menu.buhkan banyak kampung-kampung tematik. 

Anton mengaku sadar wilayahnya yang berjarak tidak terlalu jauh dengan Pulau Bali menjadi pilihan lain wisatawan mancanegara setelah berkunjung ke Bali. “Malang menjadi tujuan wisawatan kedua setelah berkunjung ke Bali lalu ke Malang,” ujarnya.

Baca juga:  Fasilitasi Ribuan WN Tiongkok yang Masih di Bali, Konjen RRT akan Lakukan Ini

Anton mengaku memberi keleluasaan kepada warganya dalam membangun kampung tematik di wilayahnya. “Kami terapkan sistem bottom up. Dari masyatakat oaling bawah kami beri keleluasan untuk melakukan hal-hal yang inovatif dalam membangun kepercayaan wisatawan. Akhirnya tumbuh kampung tematik lalu menjadi kampung wisata. Masyarakatnya tidak usah dikasih tahu. Sudah tau sendiri apa yang mau dibangun sendiri,” tegasnya.

Sebagai kota besar, menurut Anton, penduduk di kotanya terdiri dari beragam suku, bahasa, dan agama. “Semua etnis ada di sini. “Malang adalah miniatur nusantara,” akunya.

Baca juga:  Festival Seni Keagamaan Hindu 2019 Digelar di Surabaya

Meski berlatarbelakang beragam perbedaan namun Anton menjamin kehidupan penduduk yang berdekatan pegunungan Bromo ini rukun dan damai. “Forum komunikasi umat beragama di sini sangat aktif menjaga perbedaan,” kata Anton. (Hardianto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *