KOTA BATU, BALIPOST.com – Penyelenggaraan even Batu International Tourism Paragliding Festival (BITPF) yang berakhir Minggu (30/7) sukses luar biasa. Dari sisi pelaksanaan yang berlangsung sejak Kamis (27/7) membuat para peserta puas.
“Selamat! Atas sukses penyelenggaraan Batu International Tourism Paragliding Festival (BITPF) 2017! Terus buat event internasional, agar semakin kuat memperkenalkan destinasi Indonesia ke mancanegara,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata.
Bukan hanya peserta saja yang merasa puas. Para wisatawan domestik maupun asing benar-benar dimanjakan dengan aksi terbang 78 atlit paralayang (paragliding,red) dalam dan luar negeri di atas Kota Batu.
Apalagi pada even yang memasuki tahun ketiga ini, panitia juga menambah satu kategori lomba, yakni kategori festival, selain yang sudah ada, yakni ketepatan mendarat untuk umum dan yunior atau pemula, serta Cross Country. Hanya saja karena cuaca pada hari terakhir kurang mendukung, maka untuk kategori Cross Country ditiadakan.
Para wisatawan bisa menyaksikan aksi para pilot paralayang ini dari sisi take off di Gunung Banyak dan dari sisi pendaratan (landing) di Lapangan Songgomaruto, Desa Songgokerto, Kecamatan Kota Batu.
Pada hari terakhir (30/7) kategori festival merupakan tontonan yang paling menarik bagi para wisatawan di dua lokasi itu. Karena sebanyak 17 peserta yang terdaftar mengenakan kostum dengan tema-tema unik dan menarik. Seperti wheelbarrow Flying, Macan jowo, Wind Sock, kuda lumping, Mumi, Princes.
Namun yang paling sensional adalah Wheel in The Sky, yang diusung Taufiq Muchsin. Yakni membawa motor trail KLX terbang dengan payung paralayang Tandemnya. Staf ASN Disparbud Kota Batu ini berhasil keluar sebagai juara favorit. Keberaniannya membawa motor seberat 123 kg itu, memang menjadi tontotanan paling ditunggu-tunggu para wisatawan. ‘’Saya memang sudah baca berita dari internet, kalau ada peserta paralayang yang membawa terbang motor trail,’’ kata Taufik, salah seorang pengunjung yang datang jauh-jauh dari Lombok.
Ada pula peserta yang mengusung tema wheelborrow flying, yang membawa kereta dorong yang biasanya digunakan untuk mengangkut material bangunan. Tema ini diusung Bayu Krisna dan Noti Bakri. Menariknya, pasangan pilot ini, menggunakan payung Tandem, Bayu yang mengendalikan payung, sedangkan Noti yang menumpang kereta dorongnya. ‘’Ini tontonan menarik dan jarang ada,’’ kata Budi, salah seorang wisatawan dari Tuban.
Para wisatawan memang dibuat kenyang dengan tontonan para pilot terbang dengan paralayangnya dari pagi hingga penutupan acara sore hari. Bagaimana tidak kenyang, 78 atlit paralayang itu, dengan cuaca yang bersahabat melakukan enam kali take off.
Artinya selama itu ada 468 paralayang mengudara silih berganti. Tak hanya itu, para wisatawan juga dipuaskan dengan aksi terbang empat para atlit paramotor yang berputar putar di atas Kota Batu.
‘’Tahun depan kami akan laksanakan lebih baik lagi, terutama undangan pada para atlit internasional. Sehingga paragliding tourism ini akan jadi ikon wisata Kota Batu juga,’’ kata Imam Suryono, Plt Kadisparbud Kota Batu, Minggu (30/7).
Menurut Suryono, diakuinya cuaca yang memasuki musim penghujan ini, menjadikan salah satu kategori lomba dibatalkan, yakni cross country. Sehingga sejumlah peserta dari India, yang hanya mengikuti nomor cross contry membatalkan. ‘’Padahal atlitnya sudah ada di Batu,’’ katanya.
Sementara itu, Walikota Batu Eddy Rumpoko pada kesempatan acara penutupan itu mengatakan bahwa dengan pelaksanaan Batu International Tourism Paragliding makin menambah kunjungan wisatawan ke Kota Batu. ‘’Ya acara ini kan selain pembinaan para atlit juga untuk menarik wisatawan. Karena ada peluang lain even wisata yang ditawarkan Kota Batu, selain even wisata yang sudah ada,’’ katanya.
Eddy sendiri berharap, dengan adanya kejuaraan ini, pembinaan atlit paralayang tetap terjaga dengan baik. Khususnya pembinaan atlit-atlit paralayang di Kota Batu. ‘’Bukankah atlit paralayang Kota Batu juga sudah Berjaya di even internasional, semoga ke depannya makin mengokohkan kota Batu sebagai gudangnya atlit-atlit paralayang,’’ pungkasnya.
Pada even ini, selain peserta dari Kota Batu, juga diikuti peserta dari Tuban, Lombok, Kalimantan, Bandung, Jakarta, Surabaya, Bali dan Yogyakarta. Sedangkan peserta dari luar negeri berasal dari Korea Selatan, Perancis, Jerman, dan India. Seluruh pemenang baik kelompok umum dan yunior serta festival, diborong para atlit muda Kota Batu. (kmb/balipost)