DBD
Kepala Dinas Kesehatan Bangli I Nengah Nadi. (BP/nan)
BANGLI, BALIPOST.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bangli masih tergolong tinggi. Itu bisa dilihat dari jumlah kasus yang terjadi di Bangli hingga bulan Juli mencapai 268 kasus. Hanya saja jumlah ini jauh menurun dibandingkan di tahun 2016 dalam periode yang sama.

Kepala Dinas Kesehatan Bangli I Nengah Nadi di dampingi Kasi Pencegahan I Nyoman Sudarma, Selasa (1/8) menyatakan, kasus DBD di Bangli hingga bulan Juli mencapai 268 kasus. Menurutnya, kasus yang terjadi tahun ini mengalami penurunan yang cukup drastis dari periode yang sama tahun 2016 yang kasusnnya mencapai 650 kasus. “Dibandingkan tahun lalu kasus memang ada penurunan yang cukup signifikan,” ungkap Sudarma.

Nadi mengatakan, kasus yang terjadi tersebar berdasarkan laporan di masing-masing puskesmas yang ada di empat kecamatan di Bangli yakni untuk puskesmas Bangli ada sebanyak 99 kasus, Bangli Utara (16 kasus), Tembuku I (43 kasus), Tembuku II (18 kasus), Susut I (13 kasus), Susut II (33 kasus), Kintamani I (7 kasus), Kintamani II (5 kasus), Kintamani III (4 kasus), Kintamani IV (4 kasus), Kintamani V (16 kasus), dan Kintamani VI sebanyak (10 kasus). “Kalau tahun 2016 kasus DBD mencapai 1.250 kasus. Kita harap tahun ini kasus DBD di Bangli bisa menurun dari tahun sebelumnya. Dan sampai Juli ini belum ada yang sampai meninggal akibat DBD ini,”katanya.

Baca juga:  China Deteksi Kasus Varian Omicron Pertama

Dia menjelaskan, guna menekan kasus DBD di Bangli pihaknya telah melakukan berbagai upaya yakni melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSM). Kata dia, langkah itu dilakukan sebagai upaya untuk memperpendek ruang gerak nyamuk untuk berkembang biak. “Kita melakukan kegiatan penangganagn kasus DBD secara terpada. Salah satu yang paling efektif adalah PSM. Dan kita sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat. Selain itu kita juga melakukan abatisasi atau pemberian bubuk abate di tempat-tempat yang sukati untuk membunuh telur nyamuk,” ucapnya.

Dijelaskannya, kalua ada laporan dari puskesmas maupun rumah sakit ada kasus indikasi penularan DBD di lapangan, maka petugas dari puskesmas melakukan Penyelidikan Etemologi (PE). Kata dia, setelah dilakukan PE tersebut, kalau ada positif jentik-jentik aedes Aegypti, dan protap lainnya seperti panas maka akan dilakukan fogging di daerah di sekitar. “Kita lakukan foging setelah aanya kasus DBD. Kalua melakkan fogging tanpa adanya kasus jadi kurang efektif. Disamping itu juga akan menimbulkan pencemaran. Jadi kita intinya tetap mengatensi untuk melakukan kewaspadaan dan pencegahan kasus DBD ini,” jelasnya.

Baca juga:  Waspada! Dalam 6 Bulan Jumlah Kasus DBD di Badung Capai Ribuan

Lebih lanjut dikatakannya, kasus DBD ini tidak semuanya karena kasus gigitan nyamuk di Bangli. Kata dia, ada kasus juga terjadi d luar Bangli atau (Infotkis) atau kena kasus gigitan di luar daerah. Sebab banyak warga Bangli yang merantau atau mencari pekerjaan di luar Bangli. “Mereka terkena gigitan nyamuk di luar, tapi sakitnya di Bangli,” jelanya.

Guna menakana kasus ini semakin tinggi, pihaknya menghimbanu kepada seluruh masyarakat Bali suapaya bisa melakukan kerja bakti untuk memberntas sarang nyamuk di sekitar rumah merak masing-masing. Sebab, langkah itu yang paling efektif untuk menkan kasus ini semakin berkembang banyak.

Baca juga:  Digagalkan, Pengiriman Puluhan Botol Arak ke Luar Bali

Dia juga meminta, jika ada warga yang merasa merasa sakit panas berkelanjutan supaya segara memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit tedekat. Apalagi cuaca yang tidak menuntu seperi ini akan sangat mempengarusi DBD. Karena cuaca seperti ini akan mempengaruhi daya tahan tubuh. Karena kalau daya tahan tubuh menurun dan terkena gigitan nyamuk yang mengandung virus demam berdarah kemungkinan akan kena.

“Kita tetap meminta kepada warga selain menjaga kebersihan lingkungan, mereka juga harus tetap menjaga kesehatan mereka agar tetap terjaga. Jangan sampai warga yang kena penyakit saja yang melakukan pembersihan lingkungan. Yang tidak sakit pun wajib ikut menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah kasus DBD ini,” tegas pria asal Rendang itu. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *