SINGARAJA, BALIPOST.com – Mulai bulan ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PU-PR) Buleleng mengganti lampu penerangan jalan umum (LPJU) dengan lampu hemat energi jenis LED. 2.099 unit lampu LED telah dibeli dan siap dipasang untuk mengganti lampu yang selama ini boros listrik. Saat ini ribuan LED ini belum dipasang karena menunggu rekanan.
Sementara itu, penggantian ini dipastikan dapat menghemat anggaran pembayaran listrik LPJU kepada PLN sebesar 30 persen dari anggaran yang dikeluarkan saat ini lebih dari Rp 1,3 miliar setiap bulan.
Kepala Dinas PU-PR Nyoman Suparta Wijaya ditemui di ruang kerjanya Jumat (4/8) mengatakan, penggantian lampu yang boros listrik ini program pemerintah menghemat anggaran untuk melunasi tagihan listrik untuk 12 ribu titik LPJU di Buleleng.
Tahun 2017, pemerintah daerah mengalokasikan anggaran APBD sebesar Rp 11 miliar untuk membeli 2.099 unit lampu LED. Lampu jenis ini lebih hemat listrik dibandingkan lampu mercury yang digunakan sekarang. Dinas PU-PR sekarang menunggu tender untuk mendapatkan rekanan yang melakukan penggantian lampu boros listrik dengan lampu LED. “Pengadaan lampunya sudah, sekarang tinggal menunggu rekanan yang mendapat pekerjaan pemasangannya, dan kami targetkan di bulan ini LED ini sudah terpasang sesuai program yang kita susun,” katanya.
Menurut Suparta, beban tagihan listrik LPJU yang sudah dilengkapai KWH meter atau yang belum sebesar Rp 1,3 miliar. Rinciannya, untuk LPJU yang sudah dilengkapi KWH meter tagihannya sebesar Rp 200 juta lebih per bulan. Sedangkan, yang paling tinggi adalah LPJU yang belum dilengkapi KHW meter dengan nilai tagihan per bulan rata-rata lebih dari Rp 1 miliar.
Tingginya beban tagihan listrik LPJU ini tidak lepas dari penambahan LPJU baru tidak bisa dibendung, dan sebagian besar titik LPJU di daerahnya belum dilengkapi KWH meter. LJPU yang belum dilengkapi KWH meter, pemakaian listriknya dihitung oleh PLN selama 24 jam. Dia mencontohkan, lampu dengan daya 40 watt dikalikan dua.
Jumlah itu kemudian dikalikan lama waktu pemakaian 24 jam, sehingga untuk satu lampu saja tagihan listriknya sekitar Rp 1,9 juta per bulan. Atas kondisi ini, upaya penggantian dengan LED ini akan mampu menghemat beban lsitrik LPJU hingga 30 persen dari beban yang ditangung saat ini. Selain itu, lampu LED jauh lebih terang karena pancaran cahanya lebih luas dibandingkan lampu mercury yang bisa dibilang smepit dan bahkan tegak lurus.
“Yang paling boros ini jelas yansg belum dipasang KWH dan PLN menghitung dengan rumus yang sudah ada dan itu berlaku 24 jam tidak peduli hidup atau mati. Kalau yang sudah ada KWH-nya tidak terlalu mahal karena tagihannya dihitung berdasarkan daya listrik yang dipakai dan sudah ada timer kalau siang akan mati otomatis dan hanya hidup di malam hari saja,” katanya.
Di sisi lain Suparta mengatakan, setelah penggantian ini lampu mercury atau lampu lain yang boros energi itu akan dikumpulkan dan dipilah untuk menentukan lampu yang maish hidup atau sudah putus. Khusus untuk masih hidup dan memiliki nilai ekonomis, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Buleleng untuk melakukan pelelangan secara terbuka.
Sementara lampu yang usdah putus dan tidak memiliki nilai ekonomi, Dinas PU-PR juga berkejasama dengan BKAD akan melakukan pemutihan aset daerah sesuai regulasi yang ada. “Setelah pekerjaan ini selesai, nanti lampu yang masih bernilai ekonomi dan yang sudah putus itu aka nada pemutihan atau lelang secara terbuka dan itu dilakukan oleh BKAD selaku instanasi yang menangani masalah aset daerah,” jelasnya.
Tingginya beban listrik untuk LPJU, pemerintah beberapa tahun sebelumnya memasang LPJU dengan memanfaatkan energi alternatif. Salah satunya memanfaatkan energi tenaga surya. Beberapa titik LPJU bertenaga surya dipasang oleh Pemerintah Provinsi Bali. Hanya saja, LPJU ini belum memberikan manfaat yang diinginkan.
Pasalnya, lokasi pemasangannya di daerah berbukit yang notabene suhu dingin, sehingga penyerapan energi matahari terkesan tidak maksimal. Semestinya, LPJU dengan tenaga surya ini dipasang di daerah yang memang cocok seperti di sepanjang jalan pantura (Pantai Utara-red).
Dari kajian World Bank menyebut kalau wilayah pantura sangat potensial mendukung pemanfaatan energi lsitrik dari matahari. Hal ini karena suhu di sepanjang panturan tinggi, sehingga penyimpanan panas matahari melalui rangkaian batre akan jauh lebih besar dibandingkan dengan di daerah ketinggian. (mudiarta/balipost)