AMLAPURA, BALIPOST.com – Cuaca buruk kembali berdampak terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya, di Pantai Buitan, Kecamatan Manggis, besarnya ombak pantai membuat lingkungan sekitar jadi kumuh, Jumat (4/8).
Limbah Styrofoam dari proyek beton terapung itu, kembali dikeluhkan warga dan wisatawan sekitar. Dampak lingkungan ini sempat ditinjau langsung Sat Polair Polres Karangasem. Beberapa personil dipimpin Kasat Polair AKP Made Wartama dan KBO Nengah Sukada, melihat beberapa bagian beton apung sudah hancur terdampar di bibir pantai.
Beton apung bekas proyek pemecah gelombang itu akhirnya ditarik ke darat, agar tidak kembali ke tengah laut dan membahayakan nelayan. “Kepada yang bertanggung jawab (terhadap proyek gagal ini), saya langsung sarankan agar segera ditarik saja beton apung yang hancur ke darat. Agar tidak membahayakan nelayan sekitar saat melaut,” kata Wartama.
Sisa-sisa styrofoam dari beton apung yang hancur ini membuat wajah bibir pantai seketika kumuh. Ini sudah berulang kali terjadi hingga ke Pantai Candidasa dan membuat sejumlah wisatawan protes. Bahkan, pegiat pariwisata sekitar harus susah payah membersihkan garis pantai ini hingga ke Candidasa untuk menjaga kebersihannya.
Sebelumnya, pemandangan seperti ini juga terjadi di Pantai Candidasa. Beton terapung yang dibangun di Pantai Candidasa, Desa Bugbug, hancur saat terjadi cuaca buruk Maret lalu. Akibatnya, bagian styrofoam di dalam beton terapung berukuran 3m×8m itu, juga ikut hancur menjadi bagian kecil-kecil.
Parahnya, limbah styrofoam ini langsung mencemari seluruh garis Pantai Candidasa. Para wisatawan pun komplin dan pergi dari Candidasa lebih awal, karena Candidasa saat itu terlihat sangat kumuh.
Proyek beton terapung ini dibangun dari anggaran pemerintah pusat dan dikerjakan melalui Balai. Beton terapung tersebut, dulu dibangun persis di sebelah bangunan pemecah gelombang di depan Hotel Asyana di Pantai Candidasa. Jaraknya sekitar 100 meter dari bibir pantai.
Tak jelas, untuk apa manfaat dari dibangunnya beton terapung seperti itu. Pelaku pariwisata di Candidasa menyarankan, kalau proyek ini mau dilanjutkan, sebaiknya betonnya harus ditarik dulu dan diamankan sambil melakukan kajian ulang.
Tidak hanya terkait pencemaran lingkungan, masalah lain dari beton terapung ini adalah terjadinya kerusakan karang. Saat gelombangnya kecil dan permukaan air laut surut, betonnya juga turun mendekati dasar laut.
Dalam situasi ini, yang jadi korban adalah karang yang sudah tumbuh subur di dasar laut, karena beton itu menindih karang dan merusaknya. Jadi, beton mengapung ini sudah membawa dua masalah. Tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga merusak terumbu karang.
Dinas PUPR saat awal masalah ini mencuat Maret lalu, sudah berkoodinasi dengan pihak Balai Pantai di Singaraja. Rencananya, pihak Balai yang akan segera membersihkan sementara beton terapung itu. Tetapi, faktanya proyek gagal beton terapung ini kembali menimbulkan masalah. (Bagiarta/balipost)