NEGARA, BALIPOST.com – Veteran pejuang kemerdekaan RI Wayan Kamer (102) dan istrinya Wayan Wenter (100) masih tampak semangat dalam menggaungkan keutuhan NKRI dan pekik kemerdekaan. Ditemui di rumahnya di Dusun Pangkung Kwa, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Minggu (6/8) Kakek Kamer masih mampu mengingat perjuangannya ketika penjajahan Jepang dan Belanda dulu.
Dengan pekik Merdeka, Kamer memulai ceritanya. Kamer menceritakan saat muda dia bekerja sebagai petani. Begitu menerima informasi kedatangan penjajah Jepang, dengan penuh semangat dia bersama pemuda dari beberapa wilayah lain menggalang kekuatan bersatu padu melawan penjajah.
Kamer pada masanya menjadi Juru Arah Sai Nendang dan berlatih membawa senjata. “Senjata saat itu dikirim secara estafet, dari satu pos ke pos lainnya,” kata Kamer berusaha mengingat.
Perjuangan yang dilakukannya bersama sahabat seperjuangannya dilakukan secara sukarela. Karena yang ada dalam pikirannya dan benaknya hanya berjuang mempertahankan tanah air tercinta.
Ketika Jepang kalah, kemudian datang penjajahan Belanda, Kamer tetap menjadi juru arah (Ketua/koordinator) Sai Nendang. “Perjuangan saat itu memang berat namun kami merasa Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan yang menuntun sehingga kami selamat dan Indonesia Merdeka,” jelasnya.
Ketika Indonesia sudah merdeka dan kondisi aman barulah Kamer menikah dengan istrinya yang masih terlihat cantik di usia tua.
Kamer yang masih tampak sehat diusia 102 tahun ini kakinya patah dan harus dipasang pen karena sempat jatuh saat mandi di kali depan rumahnya. Kamer dan istrinya tinggal berdua di rumah namun setiap hari anak lelakinya membawakan makanan dan memasakkan mereka.
Kamer berharap masyarakat Indonesia tidak terpecah belah dan generasi muda tetap semangat mempertahankan keutuhan NKRI. (kmb/balipost)