BANYUWANGI, BALIPOST.com – Masih rendahnya pendapatan asli daerah (PAD) Banyuwangi, Jawa Timur dari sektor pariwisata mendapat sorotan DPRD setempat. Para wakil rakyat kota Gandrung ini mendesak PAD pariwisata digenjot lagi. Alasannya, masih banyak potensi yang dinilai belum maksimal.
Wakil Ketua DPRD Banyuwangi Ismoko mengatakan pihaknya bersama tim peningkatan PAD mulai memetakan berbagai potensi untuk menggenjot PAD 2018, salah satunya sektor pariwisata. “DPRD bersama tim peningkatan PAD terus memetakan potensi PAD. Seperti, sektor pariwisata,” kata politisi Golkar ini, Rabu (9/8).
Ismoko mencontohkan banyaknya kawasan wisata yang ramai wisatawan. Seperti, obyek wisata Grand Watudodol yang menarik retribusi masuk Rp 5.000 dan parkir Rp 5.000. “Jadi, intinya, kami ingin PAD digenjot. Jika Bupati ingin 20 persen kenaikan PAD, kita berharap bisa lebih,” jelasnya.
Menurut Ismoko, dari kacamata DPRD, sektor pariwisata masih perlu didongkrak lagi. Sebab, belum optimal.
Selain sektor pariwisata, ada sejumlah sektor lain yang disoroti. Diantaranya, rertribusi parkir. “Hasil retribusi parkir juga kita minta digenjot lagi,” jelasnya.
Hasil pemetaan PAD ini, imbuh Ismoko, akan menjadi acuan pembahasan APBD Perubahan 2017. Sehingga, sejumlah kegiatan yang dinilai kurang mendesak bisa ditunda dulu.
Terkait target PAD sekitar 20 persen, kata Ismoko, semuanya masih dibicarakan secara intensif. Pihaknya hanya berharap PAD yang menjadi penopang APBD Banyuwangi bisa bertambah. Sehingga, sejumlah kegiatan yang sudah direncanakan bisa berjalan dengan baik.
Dari catatan DPRD, PAD Banyuwangi tahun 2016 tembus Rp 36,8 miliar. Jumlah ini hanya naik tipis sekitar 6,02 persen dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini yang membuat DPRD gencar memelototi penggunaan anggaran dan menggali potensi PAD. Termasuk, meminta target PAD dinaikkan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi MY. Bramuda menegaskan kemajuan pariwisata tak bisa dijadikan tolak ukur naiknya PAD. Sebab, pariwisata yang dikembangkan di Banyuwangi tak hanya berdampak pada PAD. Namun, multiefek yang disebabkan oleh pariwisata. Seperti, menjamurnya homestay, restoran dan akomodasi wisata lain. Kondisi ini yang bersama-sama mendongkrak ekonomi masyarakat. (Budi Wiriyanto/balipost)