TABANAN, BALIPOST.com – Pengaduan terkait layanan Trans Serasi yang disampaikan sejumlah siswa direspon cepat Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Tabanan. Sehari pasca pengaduan, Jumat (11/8), Dishub mengumpulkan seluruh pramudi atau sopir Trans Serasi.
Selain untuk mengurai akar persoalan yang sesungguhnya terjadi, pertemuan itu juga dilakukan sebagai ajang curhat para sopir Trans Serasi selama menjalani tugas-tugasnya di lapangan.
Dalam pertemuan itu, terungkap juga bahwa tidak sedikit kendala yang dihadapi para sopir Trans Serasi. Mulai dari ketidakseimbangan antara jumlah siswa yang harus diangkut dengan jumlah armada yang tersedia, perubahan jadwal masuk sekolah, sampai dengan kondisi jumlah siswa antara jam masuk dan pulang sekolah.
Pertemuan itu dipimpin langsung oleh Sekretaris Dishub Tabanan I Made Jaman dan dihadiri juga oleh perwakilan dari Perum DAMRI I Wayan Putu, serta Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) I Gusti Bagus Satriyadi.
Hal pertama yang dibahas dalam pertemuan itu menyangkut kondisi sesungguhnya yang terjadi hingga akhirnya muncul pengaduan langsung dari siswa. Bahwa, ada dugaan tindakan diskriminatif terhadap siswa. “Dari pertemuan tadi, kami menangkap ada semacam kesalahpahaman,” jelas Made Jaman, usai pertemuan berlangsung.
Menurutnya, kondisi seperti itu sebetulnya sempat juga terjadi sebelumnya. Namun, bukan berarti hal tersebut dilakukan karena sopir Trans Serasi bertindak diskriminatif. “Selama ini juru mudi (sopir) memang memprioritaskan siswa-siswa yang terjauh lebih dulu. Mereka memang diminta turun bukan berarti tidak mau diangkut, tapi diminta menunggu,” ungkapnya.
Kondisi ini, sambung dia, juga tidak terlepas dari membludaknya jumlah siswa. Khususnya di SMP Negeri 1 yang di tahun ajaran ini memberlakukan masuk pagi untuk seluruh kelas. “Sebetulnya, kondisi ini sudah kami antisipasi dengan memberlakukan dua round trip. Jadi begitu selesai antar siswa sampai tujuan terakhir, juru mudi akan kembali ke SMPN 1 untuk mengangkut siswa. Kalau masih ada siswa yang tinggalnya terjauh itu tetap diprioritaskan lebih dulu,” imbuhnya.
Kondisi jumlah siswa yang tidak imbang dengan jumlah armada itu juga ditambah dengan gencarnya razia lalu lintas terhadap siswa SMP yang selama ini nekat masuk sekolah dengan mengendarai sepeda motor. Sejak razia, jumlah siswa yang memanfaatkan Trans Serasi mengalami lonjakan drastis. “Belum lagi situasi jumlah penumpang antara jam masuk sekolah dengan jam pulang sekolah berbeda drastis. Karena rata-rata di pagi hari atau saat siswa masuk sekolah, mereka di antara orang tua atau kakak-kakaknya. Sementara saat pulang sekolah, mereka baru memanfaatkan Trans Serasi,” paparnya lagi.
Menurutnya, para sopir sudah berusaha maksimal memberikan layanan kepada para siswa. Bahkan, tidak sedikit juga yang harus membatasi jumlah siswa yang diangkut dengan pertimbangan faktor keselamatan. “Tadi juga mereka curhat, sampai ada yang harus menolak karena memang sudah penuh. Kalau dipaksakan, siswanya duduk di pintu, itu beresiko juga. Bisa jadi si sopir yang akan ditindak pihak Kepolisian. Apalagi sempat juga terjadi kecelakaan yang dialami siswa karena duduk di pintu mobil,” ungkapnya.
Meski demikian, Jaman menegaskan bahwa pihaknya sangat berterima kasih terhadap pengaduan tersebut. Menurutnya, dengan adanya pengaduan tersebut, siswa ataupun orang tua ikut mengawasi pelayanan Trans Serasi. “Dan, ini juga akan menjadi bahan evaluasi kami agar Trans Serasi bisa lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan,” tandasnya. (puspawati/balipost)