SEMARAPURA, BALIPOST.com- Puluhan Kepala Keluarga (KK) yang bermukim di Bukit Tengah, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung belum tersentuh layanan air bersih secara langsung. Selama bertahun-tahun, pemenuhannya lebih banyak menghandalkan air hujan. Sesekali juga mendapat suplai dari PDAM dan BPBD Klungkung.
Seorang warga, Ketut Rentis menuturkan layanan air bersih secara langsung ke bukit yang memiliki ketinggian sekitar 300 meter diatas permukaan laut ini memang tidak ada sejak dulu. Disamping karena nihilnya sumber air, kondisi geografis juga menjadi pemicu. Masyarakat pun tak bisa berbuat banyak menangani hal ini. “Dari dulu tidak ada layanan air secara langsung. Mengalirkan tidak bisa karena tak ada sumber. Tempat juga berbukit,” tuturnya, Jumat (11/8).
Guna bertahan hidup, selama bertahun-tahun warga memanfaatkan air hujan yang ditampung dalam bak. Cara ini pun tak selamanya efektif. Saat musim kemarau tiba, ancaman krisis air menghantui. Menyiasati ini, warga terpaksa membeli air dari petugas PDAM dengan harga Rp 150 per tanki. Alhasl, pengeluaran pun membengkak. “Kalau dipakai sendiri, satu tanki bisa cukup sebulan. Kalau lebih dari itu, paling bisa dua minggu. Tapi, sejak empat bulan lalu, suplai dari PDAM tidak ada. Kendaraannya ada masalah,” ungkapnya.
Atas hal itu, perempuan lima anak ini menyebutkan suplai dianjutkan oleh BPBD. Airnya diitampung pada bak umum yang bisa dimanfaatkan seluruh masyarakat. “Air datang seminggu sekali. Itu langsung ditampung di bak umum,” imbuhnya.
Sementara itu, Perbekel Pesinggahan, Nyoman Swastika menuturkan permohonan suplai air oleh BPBD sudah disampaikan secara tertulis. “Sebenarnya sudah ada bantuan sumur bor dari pemprov Bali. Tapi airnya belum bisa disalurkan ke rumah-rumah,” terangnya.
Sekretaris BPBD Klungkung, Made Suwista menyampaikan, droping air dilakukan seminggu sekali setiap Kamis. “Kecuali sifatnya urgen akan ditambah. Suplai sudah dilakukan sejak seminggu lalu,” sebutnya. (sosiawan/balipost)