BANYUWANGI, BALIPOST.com – Perumahan warga di RT 2/I, Lingkungan Tanjung-Solong, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jatim, Senin (14/8). Sejumlah rumah di perkampungan barat pesisir Selat Bali ini dipenuhi ratusan ribu ulat. Warga mulai resah.

Serangan ulat bulu ini awalnya menyasar pepohonan waru tak jauh dari perkampungan. Kawanan ulat mulai muncil, Minggu (13/8) sore. Ajaibnya, hanya semalam, serangan ulat makin mengganas, tak terkendali.

Puluhan pohon waru ludes dimakan ulat bulu. Kondisi terparah dialami tujuh rumah warga. Seluruhnya dipenuhi ulat bulu. Bahkan, ulat mulai masuk ke dalam rumah, almari hingga makanan. “Minggu sore, ulat mulai muncul menyerang pepohonan. Dalam semalam, ulat sudah mengganas dan masuk ke perumahan warga,” kata Ali Meiji, Ketua RT setempat.

Baca juga:  Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI Dorong Perekonomian Nelayan Pesisir Sulsel

Dia mengaku, sudah tujuh rumah warga yang terkena serangan ulat berukuran 1-2 cm ini. Pihaknya khawatir, serangan ulat makin mengganas. Sebab, beberapa perumahan tak jauh dari lokasi mulai ditemukan ulat menempel di atas genteng dan tembok rumah.

Kejadian ini, kata dia, sudah dilaporkan ke dinas terkait. Tim juga sudah turun ke lokasi, melakukan penyemprotan. Dibantu warga, petugas membasmi ulat bula menggunakan cairan insektisida.

Menurut Ali, serangan ulat bulu ini pernah muncul 3 bulan lalu. Namun, kondisinya tak separah kali ini. Sampai masuk ke dalam rumah.

Nurul, salah satu warga yang rumahnya terserang ulat bulu menuturkan keluarganya mulai terserang gatal-gatal akibat musibah ini. Apalagi, serangan ulat sudah masuk ke dalam tembok rumah, bahkan almari pakaian. “Anak-anak mulai gatal. Kita berikan minyak tawon supaya tak makin parah. Kita juga menyemprot ulat menggunakan insektisida,” ujarnya.

Baca juga:  Rambah Online, Banyak UKM Belum Buat Layanan Pelanggan Digital

Pihaknya khawatir serangan ulat bulu akan terus mengganas jika tak segera diatasi. Apalagi, perkembangannya sangat cepat. Serangan ulat bulu kali ini, kata Nurul, yang terparah. Dia menduga ulat muncul karena musim panas.

Lalu, di sekitar rumahnya terdapat pepohonan yang rawan ulat. Akibat kejadian ini, warga memilih begadang, mengantisipasi serangan ulat makin parah.

Sementara itu, Abdul Aziz, petugas PUPT Tanaman Perkebunan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya mengatakan wabah ulat bulu ini dipicu musim pancaroba. Sehingga, perkembangan ulat tak terkendali. Meski begitu, pihaknya meminta warga tak panik. Sebab, musim ulat ini tak akan berlangsung lama. ” Biasanya maksimal dua minggu, setelah itu akan menjadi kepompong. Jadi, otomatis menghilang,” jelasnya.

Baca juga:  BBM dan LPG Bersubsidi akan Dibatasi, Tekanan Baru bagi Rakyat Berpenghasilan Rendah

Meski begitu, pihaknya bersama Dinas Pertanian Banyuwangi sudah melakukan penyemprotan massal ke rumah yang terdampak. ” Mulai pagi, tim Dinas Pertanian sudah ke lokasi. Kita lakukan penyemprotan massal bersama warga,” jelasnya.

Sebenarnya kata Abdul Aziz, jika ulat masih kecil, penanganan bisa dilakukan secara mekanis. Namun, jika sudah mewabah, harus dibasmi dengan penyemprotan insektisida. Ini mengantisipasi serangan ulat yang makin meluas. Pihaknya juga membagikan insektisida ke warga untuk digunakan penyemprotan. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *