MANGUPURA, BALIPOST.com – Indonesia sejak 2011 sudah memetakan lokasi rawan tsunami di Indonesia. Dari data yang ada, lebih dari 200 kabupaten/kota di Indonesia rawan Tsunami.
Menurut Direktur Pengurangan Risiko Bencana, BNPB, Lilik Kurniawan, saat ini BNPB berkoordinasi dengan kementerian Pendidikan dalam rangka simulasi dan sharing data. Sehingga tercatat, ada lebih dari 1617 sekolah dan madrasah yang berada pada lokais bahaya tsunami. “Di Bali sendiri, ada sebanyak 51 sekolah yang dinyatakan bahaya Tsunami, salah satunya SD 2 Tanjung Benoa,” katanya disela kegiatan, simulasi terkait kesiapsiagaan menghadapi Tsunami, di SD 2 Tanjung Benoa. Selasa (15/8).
Dikatakannya, saat ini banyak sekali kemajuan yang sudah dicapai dalam penanggulangan bencana, terutama menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itulah yang membuat lebih percaya diri lagi untuk melakukan upaya penanggulangan bencana.
Pihak BMKG, dikatakan Lilik, sudah menginformasikan bahwa Tsunami di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di tengah laut. Untuk itu saat, BMKG pun sudah mempunyai lebih dari 16000 skenario Tsunami di Indoneaia. “Kalau di Bali ini, sudah diidentifikasi, berapa titik-titik sumber gempa yang ada di selatan Bali. Dari sumber gempa ini, dibikin semacam skenario, misalkan di selatan Badung dengan besar sekian, maka daerah mana yang akan kena,” pungkasnya.
Dijelaskannya, kita yang berada di wilayah Indonesia, di wilayah yang rawan terjadi Tsunami, maka kesiap siagaan inilah yang perlu dilakukan. Oleh karena itu, kegiatan simulasi penanganan dengan melibatkan siswa, diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi mereka. “Dengan simulaai ini, diharapkan merek bisa menyampaikan kepada orangtua mereka, kepada teman-teman atau tetangga, bahwa kita hidup di daerah rawan Tsunami. Jadi kita tidak perlu takut, untuk itu, yang penting kita siaga,” harapnya.
Sementara, Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kemdikbud, Renani menyampaikan, berkaitan dengan Tsunami, saat ini, bersama dengan BNPB, pihak Kemendikbud sudah mengintegrasikan data pokok pendidikan dengan data kerawanan bencana. Sehingga nantinya bisa dilihat, apa kerawanan yang bisa dihadapi oleh sekolah, termasuk juga kerawanannya adalah tsunami.
Di Indonesia jumlah sekolahnya sangat banyak, ada sekitar 257.000 sekolah dengan jumlah guru kurang lebih 3juta serta siswanya mencapai puluhan juta. Oleh karena itu, pihak sekolah di seluruh Indonesia, diharapkan tetap memperhatikan terkait dengan tiga pilar satuan pendidikan aman bencana.
Tiga pilar tersebut yaitu, pertama semua sekolah harus memiliki sarana dan prasarana yang aman terhadap bencana. kedua harus memiliki manajemen bencana, artinya semua sekolah harus memiliki rencana terkait dengan bagaimana menghadapi bencana.Yang ketiga adalah pendidikan pencegahan dan pengurangan resiko bencana.
“Apabila diliha di kurikulum saat ini, semua sudah dimasukkan terkait dengan kebencanaan. Namun kalau tidak dilakukan latihan secara reguler, tentu anak-anak maupuan guru akan lupa. Sehingga kita harus selalu siap menghadapi bencana,” ujarnya.
Kepala BPBD Kabupaten Badung I Wayan Wijaya, pada kesempatan tersebut menambahkan, bencana merupakan suatu peristiwa yang jelas mengganggu kehidupan masyarakat. Baik yang disebabkan oleh alam maupun non alam yang tentu dapat merusak lingkungan serta berdampak pada trauma psikologis masyarakat.
Bencana ini tidak bisa diprediksi, oleh karena itu jalan satu-satunya adalah kita harus hadapi, namun juga harus lakukan persiapan dan juga tindakan-tindakan penanggulangan. Kegiatan ini dikatakannya, merupakan salah satu pengurangan resiko bencana untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
“Ini harus dilakukan dan ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menekan korban terjadinya bencana. Bahkan, kabupaten Badung sudah melakukan beberapa langkah terkaitan untuk pengurangan resiko bencana,” pungkasnya. (yudi kurnaedi/balipost)