JAKARTA, BALIPOST.com – Maskapai nasional Garuda Indonesia dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) menyelenggarakan forum diskusi Fatigue Risk Management System (FRMS) “Sistem Manajemen Resiko Keletihan” yang diikuti oleh perwakilan dari Asosiasi Pilot di Indonesia, asosiasi dan perwakilan pilot dunia anggota The International Federation of Airline Pilots Associations (IFALPA), dan sejumlah pemangku kepentingan industri penerbangan nasional. Acara ini juga didukung oleh Australian Airline Pilot Assiciation (AusALPA) beserta The Airline Pilots Association (ALPA) Singapore.
Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury bersama-sama denngan Direktur Operasi Garuda Indonesia Capt Triyanto Moeharsono di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Cengkareng, Jakàrta, Selasa (15/8).
Pahala mengungkapkan, sejalan dengan upaya perusahaan untuk terus meningkatkan level of safety pada seluruh tataran operasional layanan penerbangan, kegiatan ini menjadi salah satu upaya dan komitmen perusahaan dalam mewujudkan peningkatan pemahaman akan pengelolaan produktivitas kerja awak pesawat yang diselaraskan dengan metode antisipatif risiko keletihan kerja melalui pendekatan manajemen evaluasi yang tepat guna.
Komitmen dalam pengembangan safety culture, kata Pahala, dapat dilakukan mulai dari inisiasi dini dalam meminimalisir human error di ruang lingkup operasional penerbangan yang potensinya bisa dipicu oleh factor keletihan kerja. Untuk itu penting bagi perusahaan untuk memiliki pemahaman yang komprehensif dalam pengelolaan trafik jam kerja pesawat yang disertai kebijakan dan regulasi yang menunjang produktivitas kerja yang aman dan efisien.
President Asosiasi Pilot Garuda Indonesia yang diwakili IFALPA Director of Indonesia Capt Iwan ST mengungkapkan, acara ini merupakan salah satu kontribusi asosiasi pilot dalam technical knowledge sharing kepada anggota dan pemangku kepentingan yang mendukung safety policy dan compliance perusahaan dalam kegiatan operasionalnya.
Sementara itu, Direktur Operasi Garuda Indonesia Capt Triyanto Moeharsono berharap, dengan adanya forum diskusi ini dapat menjadi sarana bertukar ide dan pemikiran untuk semakin memperluas pemahaman dan wawasan seluruh stakeholder industri penerbangan nasional, khususnya bagi operator akan pentingnya pendekatan sistem manajemen resiko keletihan dalam meningkatkan standar kualitas safety layanan penerbangan.
Merujuk pada definisi International Civil Aviation Organization (ICAO), sistem manajemen resiko keletihan (Fatigue Risk Management System) merupakan suatu sistem atau cara memantau dan mengelola kelelahan yang berhubungan dengan risiko keamanan, didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan pengetahuan serta pengalaman operasional yang bertujuan untuk memastikan kewaspadaan awak pesawat penerbangan. (Nikson/balipost)