BROMO, BALIPOST.com – Ingin Menikmati Musik Musik Jazz dari ketinggian lebih dari 2000 meter diatas permukaan laut? Yuk, datang ke Jazz Gunung Bromo 2017.

Event festival musik di kawasan Gunung Bromo ini berlangsung 18-19 Agustus 2017 lokasinya di Amfiteater Jiwa Jawa Resort Bromo, Desa Wonotor, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

“Menikmati musik jazz dengan pemandangan pegunungan yang dilengkapi hembusan sejuk di Gunung Bromo merupakan pilihan yang menarik, baik bagi yang sudah pernah melakukannya, maupun bagi mereka yang belum pernah mengalami pengalaman eksotis tersebut,” kata Sigit Pramono, salah satu penggagas Jazz Gunung Bromo 2017.

Bersama dengan Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto, mereka bertiga memang ingin menonjolkan keunggulan alam dan seni budaya pertunjukan yang sangat mempesona di kawasan Gunung Bromo.

Pagelaran untuk kesembilan kalinya ini selalu menampilkan sesuatu hal yang unik di setiap penampilannya dengan memadukan keindahan alam gunung Bromo juga nuansa etnik beberapa unsur budaya serta disajikan pada setiap penampilan/performa pemainnya.

“Ini even tahunan sejak 2009. Untuk tahun ini, musik bertaraf internasional akan menampilkan komposisi jazz bernuansa etnik. Para musisi tampil di panggung terbuka beratap langit serta berlatar alam nan indah. Perpaduan harmonis antara musik, alam, dan manusia sehingga dapat tercipta,” lanjut Sigit Pramono.

Baca juga:  Dua Zona Merah di Bali Ini, Jadi 10 Besar Kabupaten/Kota dengan Kasus Aktif Tertinggi

Pria yang juga berprofesi sebagai fotografer dan bankir ini menambahkan, untuk even tahun ini mengundang musisi Internasional dan memadukannya dengan musisi terbaik tanah air.

“Selama tiga hari, akan ditampilkan puluhan musisi internasional dan tanah air yang akan memberikan sentuhan luar biasa untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia. Musik Jazz adalah kemerdekaan berekspresi dalam bermusik, akan bersanding dengan tradisi budaya yang selalu disajikan dalam setiap pagelaran Jazz Gunung Bromo,” ujarnya.

Sementara itu, dengan mengusung tema ‘Merdekanya Jazz Meneguhkan Indonesia’. Menurut Butet Kartaredjasa, musik jazz menggambarkan keragaman Indonesia yang kaya akan suku, budaya, bahasa dan agama.

“Indonesia sama seperti musik jazz, suatu genre musik yang memungkinkan berbagai aliran musik, berbagai karakter vokal bisa menyatu,” ungkap Butet.

Dalam gelaran kesembilan nanti, diperkirakan akan banyak kejutan. Tentu saja sesuai dengan tema yang diusung. Seperti bakal hadirnya Soimah yang tidak memiliki latar belakang musik jazz. Sinden yang dikenal memiliki suara tinggi sudah dipersiapkan oleh Djaduk sebagai salah satu kejutan.

Baca juga:  Empat Kapal Ikan Ilegal Penyelundup Narkoba akan Ditenggelamkan

Juga ada Musisi internasional yang hadir di festival tahunan ini, di antaranya yakni pemain alat tiup kawakan dari Amerika Serikat, Paul McCandless with Charged Particles, serta Chico Pinheiro dari Brasil.

Sementara musisi lokal yang dijadwalkan tampil yakni Sono Seni Ensemble dan Ring of Fire Project feat. Idang Rasjidi, Maliq & D’Essentials, Monita Tahalea, dan Glenn Fredly.

Selain itu ada juga penampilan istimewa dari Indra Lesmana Keytar Trio, Sri Hanuraga Trio feat. Dira Sugandi, Dewa Budjana, serta Surabaya All Stars.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam berbagai kesempatan menyebutkan syarat agar destinasi itu kuat, ada 3A. Ada Atraksi, Akses, dan Amenitas.

“Jazz Gunung Bromo ini masuk dalam kategori atraksi berbasis budaya. Terlebih dengan sentuhan tiga orang penggagasnya yang sangat peduli terhadap dunia seni, yaitu Sigit Pramono, seorang bankir & fotografer, Butet Kartaredjasa, seorang seniman multitalenta dan Djaduk Ferianto, seniman musik yang kerap diundang pentas di mancanegara membawakan world music dengan ciri Indonesia. Ini menjadikan Atraksi menjadi luar biasa, World Class,” kata Menpar Arief Yahya.

Baca juga:  Dipengaruhi Ini, Jumlah Penduduk Miskin Secara Nasional Meningkat

Dengan Atraksi Jazz Gunung Bromo  inilah menjadi salah satu yang menjadi daya pikat orang untuk datang ke destinasi itu.

Selanjutnya, untuk bisa sampai ke destinasi itu butuh akses, yang menghubungkan ke destinasi itu. Kemudahan, kecepatan, biaya menuju ke destinasi itu juga menjadi faktor penentu sukses pengembangan objek wisata itu.

“Yang terakhir adalah amenitas, hotel, restoran, cafe, restoran, souvenir shop dan lainnya,” tandasnya.

Penasaran dengan festival Jazz ini?  Panitia menyediakan paket akomodasi. Yaitu Rp 2,8 juta per paket. Harga tersebut meliputi biaya antar jemput ke Bandara Juanda Surabaya, tiket menginap tiga hari dua malam di hotel terdekat, tiket VIP A untuk dua hari dan merchandise Jazz Gunung Bromo. Ayo, buruan! (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *