PACITAN, BALIPOST.com – Luar biasa kreativitas masyarakat kota Pacitan. Tahun ini, gelaran Hello Pacitan 2017 untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-72 kembali memecahkan rekor Dunia yang tercatat dalam Musium Rekor Dunia Indonesia (MURI), untuk salah satu rangkaian even Hello Pacitan 2017, yaitu Tumpeng Tiwul Raksasa.
Tahu Tiwul khan? Makanan yang terbuat dari singkong yang bentuknya kayak nasi. Tiwul memang dari jaman dulu udah dikonsumsi sama masyarakat di daerah, terutama penghasil singkong. Penduduk Pegunungan Kidul (Pacitan, Wonogiri, Gunung Kidul) dikenal mengonsumsi jenis makanan ini sehari-hari.
Dulunya dikenal sebagai makanan ndeso, buat warga miskin. Tapi kini seiring kesejahteraan masyarakat meningkat, tiwul menjadi barang mewah, kalau kangen tiwul sehari hari banyak dijual pedagang di sejumlah tempat wisata di sepanjang bibir pantai sepanjang kota Pacitan
Tumpeng Tiwul Raksasa yang dibuat oleh sekitar 274 orang dari 39 grup.
Termasuk pendekor, pemadat tumpeng dan koordinator, menghabiskan tepung terigu 300 kg dan singkong 2000 kg, air tangki berisi 5000 liter. Untuk memasaknya, menghabiskan 160 tabung gas berukuran 3 kilogram untuk memasak selama 8 jam.
Tumpeng tiwul ini memiliki ketinggian sekitar 5,4 meter dan diameter 4 meter ini tercatat dengan nomor 8050/R.MURI/VIII/2017. Di bagian bawah tumpeng, ada berbagai sayuran dan lauk berupa ikan, tahu, tempe, urap, dan sayuran. Untuk jenis ikan yang disajikan yaitu ada 17 jenis ikan hasil laut Pacitan yang memiliki arti tanggal 17 atau tanggal kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain terdapat berbagai lauk dan sayuran, juga ada tumpeng tiwul berukuran kecil sebanyak 45 buah. Jumlah 45 tumpeng kecil itu dimaknai sebagai tahun kemerdekaan yaitu 1945. Sehingga komponen dalam tumpeng tiwul jumbo ini memiliki arti Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
“Momennya pas, bersamaan dengan kejuaraan Surfing tingkat internasional yang diikuti 48 peserta dari 12 negara. Ini satu rangkaian kegiatan Hello Pacitan 2017,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Pacitan, Endang Surjasari.
Dengan berhasilnya mencatatkan Rekor Dunia MURI ini, juga mencatatkan rekor Kota Pacitan sebagai raja Rekor Dunia, karena memang banyak penghargaan rekor Dunia yang telah berhasil diperoleh.
“Ini ide kreativitas dari masyarakat, kita fasilitasi dan kolaborasi sehingga tercapai Rekor Dunia MURI,” lanjut Endang Surjasari.
Sebelumnya, Cilacap sedikitnya sudah mengantongi 12 rekor yang tercatat di MURI, sebelumnya pada tahun 2006 telah membukukan di antaranya kaca mata terbanyak, makan jeruk terbanyak, jabat tangan terpanjang, minum teh botol terbanyak, sikat gigi terbanyak, minum jamu terbanyak, engrang terbanyak, tumpeng terbanyak, dan graffti terpanjang,merias wajah, membuat sambal dadakan dengan peserta terbanyak dan kain batik terpanjang pada tahun 2008.
Tercatat juga, memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) berupa lukisan `graffity` (lukis dinding) dengan peserta terbanyak yaitu 470 peserta, mengalahkan rekor sebelumnya di Jakarta 450 peserta.
Endang melanjutkan, Kota Pacitan juga meraih penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia nomor 4.909/R.MURI/V/2011 dianugerahkan atas rekor Pemrakarsa Menggoreng Jathil Tuna Khas Pacitan dengan peserta terbanyak 2.150 peserta.
Mencatatkan rekor-nya saat ribuan peserta pagelaran rontek di alun-alun Pacitan, yang bertajuk ”Rontek Gugah Nagari ” yang diikuti peserta terbanyak 2.818 orang dengan nomor register 5116/R.MURI/X/2011.
Lanjut tercatat sebagai pembuatan wayang beber terpanjang. Sepanjang 82 meter dan lebar 110 cm. Ini mengalahkan rekor sebelumnya di Yogya dengan panjang 49 m x 90 cm pada 9 April 2002. Saya tetapkan juga sebagai rekor dunia dengan nomor 5508/R.MURI/VII/2012.
Juga pencatatan rekor nomor 5562/R.MURI/VII/2012 yang diberikan MURI atas pembuatan replika Buah Pace terbesar.Tiruan buah pace raksasa setinggi 9,7 meter dengan lebar 9 meter dan panjang 12,5 meter dikerjakan selama 5 hari. Pembuatnya 20 orang anggota Forum Seni Budaya Pacitan.Pembuatannya menggunakan kerangka bambu jenis Petung sebanyak 239 lonjor. Sedangkan dinding menggunakan bilik bambu selebar 359 meter persegi.
Kemudian Senam Posdaya Indonesia juga mencatatkan rekornya di MURI, jumlahnya mencapai 4.133 orang itu, Museum Rekor Dunia Indonesia mencatatkan dalam buku Muri dengan nomor 6832/R.MURI/II/2015.
Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti yang didampingi Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Ratna Suranti dan Kabid Promosi Wisata Alam Hendry Noviardi yang menyaksikan pencatatan dan pemberian penghargaan rekor MURI ini menyampaikan apresiasi-nya.
“Rekor ini untuk seluruh masyarakat Pacitan dalam mempromosikan sekaligus memperkenalkan potensi Pacitan kepada seluruh masyarakat luas, baik dalam maupun luar negeri, layak untuk diapresiasi,” kata Esthy.
Esthy berharap agar even seperti ini harus dipublikasikan di semua elemen media terutama di dunia digital, dan yang terpenting adalah persiapannya harus matang.
Soal penghargaan itu juga direspons Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Mantan Dirut Telkom itu menyebut rekor itu menjadi momentum yang pas untuk mengangkat citra pariwisata Kabupaten Pacitan.
“Pacitan adalah bagian dari Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Mudah-mudahan rekor MURI ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia serta mendorong perjalanan wisatawan nusantara (wisnus),” kata Menpar Arief Yahya. (kmb/balipost)