Ubud
Terlihat Tjokorda Arta Ardana Sukawati (Ketua PHRI Bali) saat memimpin diskusi di Wantilan Museum Puri Lukisan, Ubud, Selasa (21/8). (BP/nik)

 

GIANYAR, BALIPOST.com – Keluhan wisatawan terhadap kondisi Ubud kini semakin memuncak. Pengadaan shuttle bus dipandang menjadi kebutuhan mendesak, guna mengurai kemacetan di kampung turis itu. Hal ini diungkapkan sejumlah asosiasi, tokoh pariwisata, kepolisian serta Disparda Gianyar saat pertemuan di Wantilan Museum Puri Lukisan, Ubud, Selasa (21/8).

Ketua Asosiasi Of The Indonesia Tourisme & Travel Agencies (ASITA) Bali, I Ketut Ardana mengatakan selain memicu ketidak nyamanan, kemacetan di Ubud sudah menggangu program biro perjalanan wisata. “Dari reservasi sudah kita atur berapa lama disini, nah ketika masuk kesini (Ubud-red) dengan kondisi seperti ini semua jadi terganggu,“ ucapnya.

Ardana pun kini mengharapkan peran guide dalam melakukan komunikasi dengan wisatawan, agar melakukan komunikasi yang baik, demi meminimalisir kekecewaan wisatawan. Ardana juga meminta pengoptimalan fungsi kantong parkir, dengan pengadaan shuttle bus. “Nanti itu (kantong parkir-red) nanti harus di suplai dengan shuttle, dicas pun nanti tidak masalah karena Ubud ini ikonya pariwisata Bali, jadi harus terjaga dengan baik,“ katanya.

Baca juga:  Perlu Inovasi, Optimalkan “City Tour”

Kapolsek Ubud Kompol Nyoman Wirajaya membeberkan setiap hari ada 1700 lebih kendaraan roda empat maupun roda dua, memanfaatkan badan jalan di Ubud sepanjang 3,4 km sebagai tempat parkir. “Lebar jalan di Ubud itu maksimal 4,75 meter, setengahnya itu sudah menjadi parkir permanen,“ ungkapnya.

Kompol Wirajaya mengatakan saat ini sudah ada dua central parkir sudah beroperasi, yakni jaba Pura Batu Karu dan jaba Pura Setra Dalem Puri. Selama ini dua lokasi ini dipandang belum bisa mengurai kemacetan. “ Kebanyakan macet ini di sejumlah titik di luar Ubud, salah satunya di simpang Pengosekan, jadi central parkir ini baiknya di luar Ubud, “ katanya.

Baca juga:  Kebijakan Pembatasan Kunjungan Wisatawan Karena Tingkat Penyebaran Covid-19

Kompol Wirajaya pun berharap central parkir Monkey Forest yang saat ini masih persiapan nanti bisa dioptimalkan. Selanjutnya seluruh kendaraan yang sebelumnya memanfaatkan badan jalan untuk parkir diarahkan ke lokasi tersebut.  “ Memaksimalkan ini harus ada shuttle yang keliling Ubud, minimal saya usulkan harus ada 30 kendaraan yang rutin keliling Ubud, “ katanya.

Dikatakan oprasional shutlle ini pun bisa ditalangi dari biaya pemasangan iklan para pemilik akomodasi di Ubud. Dari upaya ini diharapkan seluruh pengunjung dan warga setempat, bisa menggunakan kendaraan tersebut secara gratis. “Kendaraan shuttle ini bisa dipasang tv kecil, untuk menayangkan iklan, dari pajak reklamae ini semua karyawan yang selama ini parkir di trotoar bisa naik ini free, “ ujarnya.

Baca juga:  Libur Akhir Pekan, Pengaturan Lalin Efektif Urai Kemacetan Ubud

Sementara Kadishub Gianyar, Wayan Artana menyambut usulan pengadaan shuttle yang khusus berkeliling di Ubud. Pihaknya berencana mengajukan anggaran Rp 4 Miliar untuk pengadaan 10 shuttle bus pada APBD induk 2018. “Satu shuttle bus kita perkirakan harganya Rp 400 Juta, jadi kalau 10 bisa Rp 4 Miliar. Nilai ini hampir setara pemasukan dari retribusi parkir di Kabuapten Gianyar, yang mencapai Rp 4 Miliar pertahun,“ katanya.

Sebagai langkah cepat pihaknya juga menurunkan 14 personil yang berjaga di tujuh titik kemacetan. Hal ini dilakukan untuk memback up aparat kepolisian. “ Ada tujuh titik yang kita awasi, setiap titik itu ada dua personil. Ini sebagai langkah secapat kita menangani kondisi di Ubud, “ ucapnya. (manik astajaya/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *