MANGUPURA, BALIPOST.com – Di hari ketiga Timeless Indonesia Festival (TIF) II, dilaksanakan seminar kepariwisataan tentang “Berjuang di Jalur Bisnis Kepariwisataan”. Pembicara dalam seminar tersebut adalah dosen ternama di Indonesia yaitu Dr. Ir. Syahrial Syarief, SH., M.Si, seorang professional creative selling.
Dalam pemaparannya, Syahrial Syarief menjelaskan pentingnya sikap entrepreneurship, sikap ramah dan senyum kepada tamu yang berkunjung. Tata cara berperilaku dan berbusana yang rapi juga menjadi poin penting yang harus dimiliki pelaku usaha di bidang kepariwisataan.
Koordinator Pendidikan dan Seminar TIF, I Nengah Rata Artana, S.Sn., M.Sn., mengatakan, meskipun para peserta dari kalangan siswa dan mahasiswa, namun ilmu enterpreneur tersebut bisa dipakai di segala bidang. Ilmu entrepreneur penting karena penanaman jiwa kewirausahaan sejak dini itu sangat penting.
Di era teknologi yang maju saat ini, menurutnya dari sejak awal diberikan penanaman jiwa kewirausahaan tapi di dalamnya juga terselip nilai-nilai kejujuran. “Sebenarnya aktivitas ekonomi hanya sebagai media. Bagaimana orang jualan kalau dia tidak tersenyum. Jadi dengan keramahtamahan ini dan hal-hal kecil lainnya, maka dari sejak kecil hal ini ditanamkan,” bebernya di sela-sela seminar pariwisata, Senin (21/8).
Founder TIF, Herlinda Siahaan mengatakan, konsep TIF lebih mengutamakan Bali sebagai penolong pariwisata provinsi lain. Bali menjadi tuan rumah untuk memamerkan pariwisata provinsi lain melalui seni budaya 7 kerajaan.
Banyak cara untuk melakukan promosi pariwisata. Dirinya melakukan promosi pariwisata dengan memanfaatkan turis yang berkunjung ke Bali untuk menjadi informan tentang pariwisata Indonesia secara keseluruahan kepada teman dan saudara-saudaranya. “Turis adalah sarana yang dipakai untuk memberitakan tentang provinsi lainnya di Indonesia,” imbuhnya.
Sementara itu, pihaknya menggandeng kerajaaan yang ada di Indonesia karena kerajaan membawa pengaruh dan daya tarik. Sehingga melalui kerajaan bisa menunjukkan seni budaya suatu bangsa dan juga peradaban suatu bangsa. “Kerajaan itu mewakili tingkat peradaban suatu bangsa,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)