AMLAPURA, BALIPOST.com – Personil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem kini memusatkan perhatian pada kondisi hutan lindung di lereng timur Gunung Agung. Kebakaran vegetasi hutan pada Minggu (20/8) lalu dianggap sebagai ancaman serius mengingat kondisi cuaca yang belakangan berpotensi memicu kejadian serupa.
‘’Senin kemarin (dua hari lalu-red) titik api yang berada di ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut (mdpl) sudah padam. Hasil pemantauan hari ini (kemarin-red) juga nihil,’’ terang Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, IB Ketut Arimbawa, Selasa (22/8).
Kebakaran hutan dua hari lalu berada dekat puncak Gunung Agung, di daeah Munduk Bangkian Jaran yang masuk dalam wilayah Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu. Kebakaran baru terpantau sekitar pukul 13.00 dan pihak BPBD mengerahkan satu regu Tim Reaksi Cepat untuk melakukan pemantauan dari jarak terdekat yakni di Banjar Pucang dan Banjar Belong, Desa Ban.
Untuk memantau perkembangan kebakaran hutan tersebut, BPBD telah melakukan langkah koordinatif dengan stakeholder terkait seperti RPH Daya dan RPH Rendang termasuk bhabinkamtibmas dan babinsa. Selain itu koordinsi juga dengan kelompok pecinta alam dan masyarakat setempat. Semua pihak diharapkan proaktif sehingga kejadian kebakaran bisa diantisipasi sejak awal.
Sejauh ini penyebab munculnya titik api pada ketinggian 2.100 itu masih belum diketahui. Yang jelas, kebaran hutan di lereng timur Gunung Agung nyaris menjadi kejadian rutin tahunan. Pada kejadian-kejadian sebelumnya, gesekan ranting ataupun pohon kering ditengari menjadi pemicu selain kemungkinan kelalaian manusia dari aktivitas perambahan hutan.
Pada musim kemarau, kebakaran lahan tak hanya berpotensi terjadi di lereng gunung, tapi juga lahan di daerah kaki gunung yang dekat dengan pemukiman penduduk. Seperti pada 14 Agustus lalu, kebakaran lahan terjadi di wilayah Banjar Tigaron, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu. Saat itu api melalap lahan perkebunan dan semak dekat pantai seluas enam hektar. (kmb/balipost)