JAKARTA, BALIPOST.com – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mengungkapkan, sudah saatnya produk-produk UKM berkualitas untuk memperluas pemasarannya hingga ke mancanegara (go global). “Setelah kualitas produk ditingkatkan, maka pangsa pasar pun harus diperluas. Bahkan, harus bisa menembus pasar global. Untuk itu, para pelaku UKM bisa kerja bersama Diaspora Indonesia, yang tentu sudah memiliki jaringan luas dan tahu kebutuhan negara tujuan ekspor,” kata Agus, dalam General Session Congress of Indonesian Diaspora (CID) 4th Global Summits, di Jakarta, Rabu (22/8).
Selain Agus, turut sebagai pembicara, Dr Rudi Salahuddin, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM Kemenko Perekonomian, Asisten Deputi Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian Sukmaningrum, Aktivis Pemberdaya UKM Budi Satria Isman, Pendiri Javara Indigenous Helianti Hilman dan Ketua Task Force Agregator Konsolidator dan Pemberdayaan UKM-IKM Ekspor Ira Damayanti. “Kita tentu mendorong pelaku UKM untuk go global, antara lain dengan adanya LLP KUKM dan Gedung Smesco, yang merupakan etalase atau potret produk UKM Indonesia berkualitas tinggi,” katanya.
Di gedung Smesco, ada sekitar 58 ribu item produk dari 2.000 UKM yang antara lain merupakan produk-produk UKM berkualitas dari 34 provinsi. Agus mengakui, forum ini sangat bagus. Diaspora Indonesia yang terdiri dari berbagai masyarakat yang tinggal di luar negeri, ada yang masih menjadi Warga Negara Indonesia dan ada yang sudah menjadi warga negara lain. “Tetapi saya mengapresiasi karena para Diaspora ini masih tetap mencintai Indonesia. Dan ini suatu yang tidak ternilai harganya,” katanya.
Agus menambahkan, berbagai langkah yang dilakukan Kemenkop dan UKM untuk mendorong UKM go global antara lain memberikan standarisasi, sertifikasi, sertifikat halal, pelatihan lewat PLUT, dan pemasaran produk melalui LLP KUKM.
Sedangkan Rudi Salahudin mengatakan, UKM adalah tulang punggung bagi perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari kontribusi terhadap PDB yang mencapai 61-41%, namun kontribusi terhadap ekspor masih rendah, hanya mencapai 15,7% dan masih lebih rendah apabila kita bandingkan dengan negara-negara lain, seperti Vietnam, Thailand. Rendahnya ekspor UKM kita dikarenakan minimnya pengetahuan ekspor, terbatasnya akses pasar dan permodalan. Minimnya pengetahuan UKM sehingga bergantung dengan jasa perantara. “UKM belum mempunyai kemampuan ekspor secara mandiri. Sehingga mereka harus melalui perantara,” katanya.
Selain itu tantangan lain adalah adanya standarisasi dan packaging yang harus diperhatikan.
Ira Damayanti, salah seorang aktivis Diaspora Indonesia yang bermukim di New York AS mengatakan, ia bersama teman-teman lainnya tengah berupaya mendorong agar produk UKM Indonesia harus kuat, berkualitas, dan bisa Go Global. “Kalangan Diaspora Indonesia bisa dimanfaatkan sebagai pasar potensial yang tersebar di berbagai negara di dunia,” tandas Ira. (Nikson/balipost)