tembakau
APTI Bali menemukan sekitar 15 hektar tanaman tembakau yang siap dipetik terserang Virus Mosaik. Virus ini menyerang daun dengan merusak sel Klorofil pada daun hingga daunnya kuning dan teksturnya menjadi kriput. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Meskipun hasil penelusuran Dinas Pertanian (Distan) Buleleng tidak menemukan serangan Virus Mosaik yang menyerang tembakau, akan tetapi Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Buleleng justru menemukan serangan virus membahayakan tersebut. Terbukti, sekitar 15 hektar kebun tembakau yang siap petik mulai terserang Virus Mosaik. Beruntung, serangan virus ini tergolong sedang, sehingga daun tembakau masih bisa dipetik untuk dikeringkan dengan tehnik di omprong.

Data yang dihimpun dari pengurus APTI Buleleng menyebut 15 hektar kebun tembakau yang terserang itu menyebar di Desa Panji, Panji Anom, Tegalinggah (Kecamatan Sukasada), Patemon, Kecamatan Seririt, Petandakan, dan Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng. Virus yang berkembang melalui vector kutu putih menyerang daun yang maish muda dan umumnya berada pada tunas delapan ke atas hingga pucuk tanaman. Daun yang terserang itu warnanya berubah coklat hingga mengering seperti kerupuk. Ini krena sel Klorofil pada setiap tangkai duannya berhasil dirusak oleh virus yang membahayakan itu.

Baca juga:  Cara Hindari Pakan dari Virus ASF

Jika tidak cepat dikendalikan, dipastikan virus ini akan menyebar dengan cepat, sehingga mengancam terjadinya gagal panen. Selama sejak kemunculannya, petani telah dianjurkan untuk melakukan pengendalian dengan cara memetik daun yang sudah terserang. Kemudian daun tersebut dimusnahkan dengan lokasi jauh dari areal perkebunan. Tujuannya agar virusnya tidak menular ke tanaman yang masih utuh.

Sekretaris APTI Provinsi Bali Agung Adnyana dihubungi Rabu (23/8) mengatakan, sejak menemukan serangan Virus Mosaik, pihaknya berkejasama dengan peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk memastikan penyebab penularan virus ini. Dari penelitian itu ditemukan bahwa virus ini menyebar melalui vector kutu putih. Sementara penularannya selain melalui angin dan pengairan, interaksi manusia di dalam areal perkebunan juga berpotensi menyebarkan Virus Mosaik. “Dari pemantauan dan laporan petani itu sekitar 15 hektar tanamannya sudah terserang Virus Mosaik. Rata-rata tanaman sudah teserang dua persen dari total lahan yang ada,” katanya.

Baca juga:  Ortu Bayi yang Tewas di TPA Bersaksi, Jaksa dan Hakim Putar CCTV

Menurut Agung, untuk mengendalikan, petani disarankan menyebarkan musuh alami dengan tehnik Trekoderma. Musuh alami ini bisa diproduksi menggunakan bahan sekam dicampur dengan pupuk kandang dan pupuk jenis lainnya. Dari proses pembusukan bahan-bahan tadi akan memunculkan musuh alami yang bisa membunuh kutu putih yang menjadi vector Virus Mosaik itu sendiri.

Selain itu, Trekoderma ini juga berfungsi mengembalikan unsur hara tanah yang sudah terkikis akibat pemakaian pupuk dan bahan obat-obatan kimia berlebihan. “Dari kasus itu kami bekerjasama dengan peneliti ITB menemukan kalau virus ini menyebar karena hilanggnya salah satu unsur mikro tanah akibat pupuk kimia berlebihan. Pemakaian benih yang mudah teserang Virus Mosaik juga menjadi pemicunya,” tegasnya.

Baca juga:  Prospek Menjanjikan, Distan Usulkan 30 Ha Lahan Pengembangan Jagung Gembal

Penyakit Phytophthora,
Di sisi lain Agung mengatakan, selain Virus Mosaik, penyakit lain juga ditemukan menyerang tembakau yang tinggal beberapa minggu ke depan akan memulai dipetik. Penyakit itu adalah Jamur Phytophthora. Penyakit ini menyerang pada batang bawah tanaman hingga membusuk. Tanaman yang sudah terserang lembaran daun dari bawah smapai atas akan mengering. Sebenarnya, serangan penyakitlanas ini lebih ganas dibandingkan Virus Mosaik. Beruntung, serangan penyakit ini berhasil dikendalikan dengan sangat baik, sehingga persentase tanaman yang terserang tergolong kecil dibandingkan tanaman yang terserang Virus Mosaik. (mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *