MANGUPURA, BALIPOST.com – Laut atau maritim masih menjadi bagian dari ketidakamanan antarnegara. Sebab, masih ada kejahatan-kejahatan lintas negara yang dilakukan lewat laut.
Menko Polhukam Wiranto usai pembukaan 3rd International Maritime Security Symposium (IMSS) 2017, Kamis (24/8) di Nusa Dua, menyebutkan contohnya adalah illegal unreported and unregulated (IUU) fishing atau kegiatan perikanan yang tidak sah, illegal logging, human trafficking, narkoba, terorisme, dan penyanderaan. “Saat ini dengan perkembangan dinamika masyarakat, dinamika lingkungan baik global maupun regional, maka laut atau maritim masih merupakan bagian dari ketidakamanan antarnegara,” katanya.
Melalui kegiatan Symposium ini, Wiranto berharap, seluruh peserta secara bersama-sama bisa mengamankan maritim, mengamankan laut dari kegiatan-kegiatan yang mengganggu ketenteraman keamanan antarnegara. Baik negara Indonesia sendiri, negara-negara kawasan Asean maupaun kawasan Internasional. “Saya tekankan, melalui symposium ini, bisa muncul gagasan-gagasan baru, pemikiran baru dalam rangka memperkuat kerjasama maritim terutama masalah keamanan,” ucapnya.
Dikatakannya, kejahatan lewat laut merupakan kejahatan lintas negara. Oleh karena itu, tidak mungkin bisa diselesaikan oleh satu negara saja. Harus ada kesepakatan antarnegara untuk mengatasi masalah kejahatan tersebut. “Misalkan kita mengejar perampok, keluar dari teritorial, kalau tidak ada kerjasama, bagaimana bisa mengejar perampok tersebut? Apa nanti tidak dicurigai sebagai suatu pelanggaran teritorial? Tapi kalau ada kerjasama, ada joint agreement, saya kira itu bisa membantu bagaimana mengejar perampok itu. Itu sebagai contoh, belum lagi masalah narkoba, teroris, ilegal fishing, ilengal loging, dan lain-lain,” ujarnya.
Sementara, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., mengatakan, simposium ini sebagai kegiatan untuk menjamin kepentingan nasional Indonesia dan turut serta menjaga stabilitas keamanan, baik regional maupun internasional. Dikatakannya, kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari mulai 24 hingga 25 Agustus ini, diikuti oleh delegasi yang dipimpin Perwira Tinggi Angkatan Laut 43 negara di dunia.
Kegiatan dua tahunan yang diselenggarakan ke-3 kalinya ini sekaligus untuk menunjukkan peran Indonesia kepada dunia internasional bahwa tentang kapasitas Indonesia sebagai negara maritim yang besar, sekaligus menegaskan posisi indonesia sebagai poros maritim dunia. “Dengan demikian, berdasarkan fakta nyata bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, maka memiliki TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani serta berkelas dunia merupakan keniscayaan untuk menjamin kepentingan nasional Indonesia guna turut serta menjaga stabilitas keamanan baik regional maupun internasional,” jelasnya. (Yudi Karnaedi/balipost)