SINGARAJA, BALIPOST.com – Sebanyak 29 bendung atau empelan di Kabupaten Buleleng masih mengalami kerusakan ringan hingga parah. Dampak kerusakan itu, sedikitnya tiga ribu hektar lebih lahan produktif mengalami kekeringan.

Kerusakan bendung atau empelan di daerah aliran sungai tersebut merupakan dampak bencana alam yang terjadi pada Januari dan puncaknya Februari 2017 lalu. Hal tersebut mulai menimbulkan keresahan di kalangan petani. Terlebih, memasuki musim kemarau tahun ini, lahan sawah memerlukan pasokan air irigasi dari bendung-bendung tersebut.

Baca juga:  Ini, Pengaduan Paling Banyak di "Klungkung Masadu"

Menurut Kadis PUPR Buleleng, Ketut Suparta Wijaya, Pemkab Buleleng sendiri sebenarnya sudah memakai dana tanggap darurat bencana. Namun ketersediaan dana tersebut tidak mencukupi untuk memperbaiki seluruh bendung yang rusak.

Perbaikannya diusulkan melalui program pascabencana dan memerlukan waktu panjang. Ia mengaku berkali-kali menerima pengaduan petani yang meminta percepatan perbaikan bendung tersebut.

Dari data Dinas PUPR, setidaknya 29 bendung atau empelan yang mengalami kerusakan. Diperkirakan dana yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan bendung itu mencapai 8,9 miliar rupiah.

Baca juga:  Awal Tahun, Kerugian Bencana Tabanan Capai Rp 2,5 Miliar 

Untuk sementara, lanjutnya, Dinas PUPR akan memprogramkan perbaikan dengan mengutamakan kerusakan yang paling parah. Dengan upaya ini, diharapkan ribuan hektar lahan sawah yang diprediksi terdampak bendung yang rusak itu bisa ditangani. Diharapkan para petani yang terkena dampak dapat bersabar dan menunggu perbaikan saluran irigasi tersebut. (kmb/balitv)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *