GIANYAR BALIPOST.com – Pasar Ubud yang terbakar awal tahun 2016, dipastikan tidak bisa di revitalisasi tahun ini. Hal ini terjadi lantaran rasionalisasi anggaran di lingkungan Pemkab Giayar, serta keterlambatan perencanaan dan pembongkaran sisa bangunan lama Blok A Pasar Ubud. Kondisi ini pun sontak mendapat keluhan Ketua Lemabaga Permasyarakat (LPM) Ubud, Dr Tjokorda Gede Raka Sukawati.
Dr. Tjokorda Gede Raka Sukawati atau yang akrab disapa Cok De ini menyatakan hingga kini tidak ada kelanjutan informasi dari pemerintah kabupaten terkait rencana revitalisasi Pasar Ubud. “Terkait pasar sama sekali tidak ada informasi lanjutan, seolah Ubud sama sekali tidak diperhatiakan, “ ucap tokoh Puri Saren Ubud, Kamis (24/8).
Dosen Eknomi Unud ini menjabarkan sejumlah hasil survai yang menyebut Pasar Ubud sebagai salah satu objek wisata yang dikunjungi ratusan wisatawan setiap harinya. “ Survai menyatakan turis datang ke Ubud melihat tiga hal, satu Puri Ubud, Monkey Forest dan Pasar Ubud. Setelah itu baru kuliner museum dan lainya, “ ungkap undagi dari keluarga Puri Ubud ini.
Berdasarkan hasil survai tersebut, menurut Cok De seharusya pemerintah memberikan prioritas pada Pasar Ubud untuk segera diperbaiki. Namun kenyataanya saat ini malah bangunan Blok A Pasar Ubud yang terbakar pada Maret 2016 lalu dibiarkan terbengkalai. “ Sekarang apa yang dilakukan pemerintah tidak nyambung, padahal pemerintah mengandalkan Ubud sebagai aset utama untuk peningkatan PAD, “ keluhnya.
Sementara Kadisperindag Gianyar, Wayan Suamba yang dikonfirmasi mengakui terjadi penundaan dari rencanan revitalisasi Pasar Ubud, meski anggrannya sudah dimasukan dalam APBD induk 2017. “ Ditunda hingga 2018, sekarang kita jalankan anggaran untuk perencanaan sama pembongkaran saja, “ ucapnya.
Dikataka perencanaan revitalisasi Blok A Pasar Ubud sudah dilakukan, sekarang tinggal proses pembongkaran bangunan lama yang terbakar.” Untuk pembongkaran nanti dilakukan bagian asset, itu diproses lewat lelang di Denpasar. Pembongkaran paling menghabiskan waktu sebulan, “ katanya.
Disinggung terkait alasan tidak bisa likaukan revitalisasi tahun ini, Suamba kembali menegaskan bahwa perencanaan dan pembongkaran membutuhkan waktu yang cukup lama. “ Kemarin baru kita simpulkan dengan tim TAPD dari kajian Unud itu, diberikan empat poin pilihan, dan kita kita putuskan bongkar ulang dari nol, “ katanya.
Selain pertimbangan itu, Suamba juga beralasan tidak dilakukannya revitalisasi tahun ini lantaran diberlakukanya rasionalisasi anggaran pada seluruh SKPD di lingkungan Pemkab Gianyar, yang jumlahnya mencapai ratusan miliar. “Tahun depan kita sudah ajukan kembali anggran mencapai Rp 10 Miliar untuk revitalisasi Pasar Ubud,“ tandasnya. (manik astajaya/balipost)