SINGARAJA, BALIPOST.com – Warga Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng sejak sebelas hari terakhir mengalami kesulitan air bersih. Ini terjadi karena jaringan air bersih di desa mereka mati total. Bukan debit airnya kecil karena pengaruh kemarau panjang, tetapi mesin pompa untuk mengalirkan air dari sumber mata air di desa setempat mengalami kerusakan. Warga terpaksa mengambil air bersih dari sumber mata air di areal tanah milik warga.
Sementara untuk keperluan memasak, warga terpaksa meminta air dari warga yang berlangganan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Buleleng.
Pantauan Bali Post Minggu (27/8) menyebutkan, salah satu sumber mata air (Kelebutan-red) ramai didatangi warga. Sumber mata air di Banjar Dinas Dharma Yadnya itu dijadikan lokasi warga menampung air menggunakan jerikan. Warga mulai antre mengambil air bersih di tempat ini pada pagi dan sore hari.
Kebanyakan warga terpaksa menunda bekerja demi mendapatkan air bersih untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK-red). Sedangkan, untuk konsumsi dan memasak, warga mengaku mendpat pasokan air bersih dengan meminta dari tetangga yang kebetulan menggunakan air sumur bor atau yang berlangganan air bersih PDAM Buleleng.
Kadek Astawa (25) warga Banjar Dinas Dharma Semadi di sela-sela antre mengambil air kemarin menceritakan, lebih dari sebelas hari aliran air bersih di rumahnya mati total. Sejak itu, dirinya menunda waktu bekerja sebagai buruh serabutan karena harus mendahulukan mengambil air untuk mengisi bak penampungan di rumahnya.
Setiap hari dia harus mengambil air menggunakan jerikan di sumber mata air yang lumayan jauh dari rumahnya. Air itu digunakan untuk keperluan MCK anggota keluarganya. Terkadang, dia hsrus mengambil air dalam jumlah banyak untuk keperluan minum ternak babi dan sapi miliknya. Menginjak sore hari, Astawa harus pulang lebih awal dari tempatnya bekerja. Dia kembali harus menampung air secukupnya.
“Tidak ada pilihan istri kerja anak juga sekolah, jadi saya harus mengambil air dulu sebelum bekerja. Sudah sekitar sebelas hari seperti ini dan untungnya air di sumber mata air ini debitnya besar jadi mudah untuk mengambil, cuma karena banyak yang ke sini jadi harus antre,” katanya.
Menurut Astawa, sejak aliran air desa mati total, pihak pengelola sudah berusaha memperbaiki kerusakan mesin pompa. Hanya saja, karena salah satu alat pada mesin poma itu sulit dicari, sehingga kerusakannya belum diperbaiki hingga sekarang. Atas kenyataan ini, dirinya hanya bisa menunggu dan terpaksa mengambil air hingga jaringan air berish di desanya kembali beroperasi normal.
“Tidak tahu kapan kerusakan mesin pompa diperbaiki. Katanya maish mencari alat dan sebelum mesin pompa diperbaiki, terpaksa ambil air dulu walaupun agak jauh dari rumah,” jelasnya.
Senada diungkapkan warga lainnya Nyoman Suasta. Dia mengaku, tidak ada pilihan lagi selain ikut antre menampung air bersih dari sumber mata air. Ini karena, pasokan air bersih yang kini mati total satu-satunya jaringan air bersih yang dimanfaatkan warga di Banjar Dusun Dharma Semadi dan warga dari dusun lainnya.
Sejak pelayanan air bersih mati, dirinya sudah menanyakan kepada aparat dan pengelola air bersih. Hasilnya, pihak pengelola masih berusaha memperbaiki kerusakan mesin pompa air bantuan pemeirntah daerah.
“Pengelola masih berusaha memperbaiki kerusakan mesin pompa dan menunggu perbaikan itu, terpaksa mengambil air dari tempat ini. Harapannya, pengelola serius memperbaiki biar tidak terlalu lama kami kesulitan air seperti ini. Apalagi sekarang musim kemarau, jangan kami mengalami krisis air bersih berkepanjangan,” tegasnya. (mudiarta/balipost)