kapal
Seorang pengerajin kapal layar berbahan bamboo Ni Wayan Sumiati asal Banjar Manikaji, Desa Peninjoan, Tembuku Bangli. (BP/nan)
BANGLI, BALIPOST.com – Masyarakat Bangli yang menggeluti kerajinan bambu di Bangli terus berinovatif untuk menciptakan hasil karya yang baru lain dari yang lain. Selain kerajinan seperti sokasi, wadah minuman, lampu-lampu hiasan, kini perajin bamboo kembali membuat inovasi dengan membuat mainan kapal layar berbahan bamboo. Hanya saja untuk terus mengembangkan kerajinannya mereka terkandala tenaga.

Seperti yang dilakukan pengerajin bambu asal Banjar Manikaji, Desa Peninjoan, Tembuku Bangli Ni Wayan Sumiati. Dia mengungkapkan, ide awal dirinya untuk membuat kerajinan kapal layar dari bambu dengan ornamen kain berawal dari coba-coba. Kata dia, kala itu dirinya membeli kapal layar berbahan bamboo itu di pasaran. Dan setelah melihat kapal layar berbahan bamboo yang dibelinya itu, dirinya ising-iseng untuk mencoba meniru membuat kerajianan itu berbahan bamboo. ”Kerajinan yang dihasilkan lebih mengandalkan nilai kreatifitasnya dan nilai seni,” ungkap Sumiati.

Baca juga:  Ratusan Tenaga Kontrak Lama Terancam Tereliminasi

Sumiati mengungkapkan, setelah dirinya membuat kerajianan itu, akhirnya minat masyarakat terhadap kerajinannya itu cukup tinggi. Dan setelah itulah dirinya terus mengembangkan hasil kerajinnya itu sampai sekarang ini. “Saya menggeluti kerajinan ini sejak lima tahun lalau. Awalnya hanya coba-coba saja. Tapi seiring berjalannya waktu animo masyarakat terhadap hasil karyanya itu cukup bagus. Karena bagus saya akhirnya terus kembangankan kerajinan ini hingga sekarang,”ungkap Sumiati.

Dia mengungkapkan,  dalam sehari dirinya hanya dapat mengejarkan lima buah kapal layar. Hanya saja, pengerjaannya biasanya tidak langsung diselesaikan semuanya. Sebab, dirinya memproduk begitu banyak, maka dirinya biasanya membuatnya perbagian-bagian, terkadang focus kerjakan bagian rangka, bagian badan, dan bagian yang lainnya. Sementara untuk pemasarannya lebih lebih banyak dipasarkan di Kuta Badung. Sehingga peminatnya selain warga lokal juga diminati wisatawan domestik maupun mancanagera.

Baca juga:  PKH Kekurangan Tenaga Pendamping

“Saya hanya berdua saja mengerjakan kerajinan ini bersama suamu saya (I Made Yasa red). Karena sulit mencari tenaga kerja yang mau menggeluti kerajinan ini. Jadi palingan sehari palingan hanya dapat mengerjakan dua sampai tiga kerajinan yang sudah siap jual,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk pesanan sendiri banyak yang berdatangan. Bahkan banyaknya pesanan yang datang membuat dirinya cukup kewalahan untuk memenuhi orderan tersebut. Sebab, dirinya hanya mengerjaan pesanan yang cukup banyak hanya berdua saja. “Pesanan memang banyak namun belum bisa dipenuhi. Karena terkendala tenaga,” jelas.

Baca juga:  Hingga Minggu Siang Penyeberangan Gilimanuk-Ketapang Buka Tutup

Sementara itu ketika disinggung masalah harga yang dipatok per satu buah kapal layar, Sumiati menjelaksn kalau harga yang ditawarkan berpariasi tergangung besar kecilnya kerajinan. Karena semakin besar kerajinan, maka harga sedikit lebih mahal. Begitujuga sebaliknya kalau kecil akan lebih murah. “Kalau yang ukuran sedang saya jual Rp 25 ribu. Sedmantara kalau yag besar bisa mencapai Rp. 150 ribu per buah,” terang Sumiati. (eka prananda/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *