bulfest
Tradisi ngoncang akan dipertunjukkan dalam Bulfest 2017. (BP/dok)
DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali Made Mangku Pastika tiba-tiba saja menyodok masalah festival dalam acara Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Buleleng di Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur, Minggu (27/8). Efektivitas festival dipertanyakan dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pasalnya, Buleleng tercatat sebagai salah satu kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Bali.

“Belakangan kemiskinan di kabupaten Buleleng memerlukan penanganan secara simultan dan terkoordinasi. Ego sektoral dan arogansi kedaerahan yang selama ini menjadi salah satu penghambat laju pembangunan daerah tidak boleh ditonjolkan dalam membangun Bali,” ujarnya.

Menurut Pastika, persentase kemiskinan di Buleleng berpengaruh paling siginifikan bagi persentase kemiskinan di Bali. Oleh karena itu, dana penyelenggaraan festival yang cukup besar bersumber dari APBD harus dipastikan berkontribusi signifikan bagi pengentasan kemiskinan. Bupati khususnya, diminta membuat berbagai program inovatif yang memprioritaskan pembangunan dan peningkatan kualitas SDM. Mengingat, hanya SDM yang bisa meningkatkan daya saing Buleleng ditengah kondisi alamnya yang tandus dengan sedikit hujan.

Baca juga:  Penyelundup Sabu ke Lapas Dibui 10 Tahun Penjara

“Kalau kaya silakan aja (buat festival, red), tapi kalau sudah miskin pesta melulu kan habis. Saya orangnya sederhana saja. Orang Buleleng petilesang ibane, rage lacur, melajah pang dueg,” jelas gubernur usai pelantikan.

Pastika juga mengingatkan bupati agar membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten Buleleng tetap dalam koridor RPJMD provinsi dan nasional. “Jadi jangan bikin sendiri aneh-aneh akhirnya tidak bisa didukung,” pungkasnya.

Baca juga:  Koster Ajak Jadikan Bali Contoh Toleransi dan Kebhinekaan di Indonesia

Dikonfirmasi terpisah, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, efektivitas gelaran festival terhadap pengentasan kemiskinan sangat tergantung dari sudut pandang atau angle. Mengingat sudut pandang orang berbeda-beda, maka dirinya maklum jika masih ada pihak yang belum melihat manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Namun, biaya yang tersedot untuk festival dikatakan banyak bersumber dari sponsor. Kalaupun ada dana APBD, justru dipakai untuk sanggar kesenian dan lomba-lomba saja.

“Festival Buleleng itu paling hebat loh. Artinya begini, hanya dengan uang Rp 500 juta kita bisa bikin Buleleng Festival dibandingkan dengan festival lain. Ini kan yang dilihat wah-nya saja, (padahal) kita pakai sponsor semua. Ada artis nasional, sponsor yang bayar semua,” jelasnya.

Baca juga:  Pasar Murah dan Badung Promo Tani, Upaya Stabilisasi Harga Jelang Galungan

Menurut Agus Suradnyana, festival merupakan bagian dari atraksi untuk mengembangkan sektor jasa, utamanya pariwisata di Buleleng. Kalau atraksi tidak dibenahi, akan sangat sulit bagi Buleleng untuk berkembang dan mengejar ketertinggalan di industry pariwisata.

“Dengan adanya atraksi-atraksi yang kita buat di festival, orang berkesenian di desa kan luar biasa. Mungkin angle itu yang tidak terpantau. Mari kita lihat secara bijaksana, dan masyarakat Buleleng hanya segelintir saja yang tidak suka dan sudut pandangnya subjektif. Banyak politiknya, kan kita berfikir objektif lah. Selalu saya katakan, kalau pemerintah berfikir yang objektif,” tandasnya. (rindra/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *