Hama
Wereng coklat tampak menyerang tanaman padi di Tabanan. (BP/san)
TABANAN, BALIPOST.com – Hingga Agustus 2017, terjadi kerusakan tanaman padi seluas 165 hektar di Tabanan. Kerusakan ini bervariasi akibatnya mulai dari serangan virus, bakteri dan jamur hingga tanaman padi mengalami gagal tanam maupun puso.

Kasi Benih dan Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura Dinas Pertanian Tabanan, Gusti Ngurah Ketut Wicahyadi, Minggu (27/8) mengatakan adapun kerusakan tanaman padi terbanyak terjadi di Kecamatan Penebel seluas 115 hektar menyusul Kecamatan Baturiti seluas 25 hektar, Kecamatan Selemadeg Timur dan Kerambitan masing-masing seluas 9 hektar dan kecamatan Tabanan seluas 7 hektar. “Kejadian kerusakan tanaman padi baru terjadi di lima kecamatan,” ujarnya.

Baca juga:  Isu ASF Merebak di Tabanan, Peternak Babi Merugi

Adanya kerusakan tanaman padi ini dikatakan Wicahyadi karena perubahan musim serta munculnya organisme penggangu tanaman (OPT). “Selain OPT adanya perubahan musim yang menyebabkab kelembaban tinggi menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri meningkat,”ujarnya.

Ia melanjutkan kerusakan tanaman padi yang terjadi jika dibandingkan dengan luas tanam Tabanan memang tidak begitu besar. Dimana luasan tanaman padi di Tabanan kurang lebih 21 ribu hektar. Meski demikian ia menghimbau agar petani tetap waspada sehingga kerusakan ini tidak meluas.

Baca juga:  Dua Motor Sport Ringsek di Cekik

Hal ini juga dipaparkan Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Wayan Suendra. Menurutnya meski sifat hama maupun OPT masih bisa dikendalikan dan belum terjadi serangan secara eksplosif namun petani harus terus menerus melakukan pengamatan tanaman padi dan tetap waspada mengingat musim hujan yang terus turun akhir-akhir ini. “Harus sering diamati tanaman padinya. Jika dilihat ada serangan bisa langsung diatasi dengan penanganan dini,” ujarnya.

Baca juga:  Petani Yakini Harga Jeruk Meningkat

Misalnya untuk wereng coklat. Jika sudah dilihat populasinya bisa melihat dulu keseimbangan populasi musuh alami wereng coklat seperti laba-laba dan capung. “Jika masih seimbang tidak perlu disemporit. Tetapi jika sudah menunjukkan gejala eksplosif barulah dilakukan tindakan penyemprotan,’ jelasnya. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *