sapi
Sapi Bali. (BP/dok)
MANGUPURA, BALIPOST.com – Permintaan sapi sebagai hewan kurban jelang Hari Raya Idul Adha 1438 Hijriyah yang jatuh pada 1 September 2017 meningkat tajam. Perusahaan Daerah (PD) Pasar Badung, mencatat ribuan ekor sapi diekspor antarpulau menjelang perayaan tersebut.

Dirut PD Pasar Badung, I Made Sutarma, mengatakan terjadi lonjakan penjualan sapi hingga 100 persen di Pasar Hewan Beringkit. Lonjakan ini terjadi Minggu (27/8) lalu, yakni mencapai 2.500 ekor sapi. “Iya… terjadi lonjakan sampai 100 persen dari rata-rata seribu menjadi 2.500 saat pasaran (Rabu-Minggu),” ujar Made Sutarma, Senin (28/8).

Menurutnya, ribuan sapi yang laku terjual dibawa keluar daerah, seperti Jakarta, Surabaya, Kalimatan, Jogyakarta dan pulau Jawa. Sapi yang dapat dijual keluar Bali ini harus memenuhi ketentuan, yakni berat minimal 350 Kg dan lolos pemeriksaan kesehatan hewan. “Dari ribuan sapi yang laku 80 persen diekspor antarpulau. Dari catatan kami paling banyak dikirim ke Jakarta dan Surabaya,” terangnya.

Baca juga:   Koleksi Buku Gedong Kirtya Direstorasi

Selain dari peternak di Badung, sapi yang dipasarkan lewat Pasar Hewan Bringkit kata Sutarma dominan berasal Nusa Penida, Klungkung, Singaraja, Bangli, Karangasem. “Dari Nusa Penida paling banyak, tapi sebelum dijual keluar hars memenuhi syarat berat minimal 350 perkilogram,” jelasnya.

Terkait harga, pejabat asal Gulingan, Mengwi ini mengatakan masih stabil Rp 45 ribu perkilogram. “Kalau harga rata-rata Rp 45 ribu perkg untuk sapi hidup,” katanya seraya menambahkan jika sapi yang diantarpulaukan sesuai kuota yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Bali.

“Stok sapi sebenarnya banyak, tapi kebentur dengan kuota jadi tidak bisa dijual keluar, karena terbentur izin, sehingga banyak eksportir yang mengeluh,” pungkasnya.

Baca juga:  Sepi Permintaan, Delapan IKM di Tabanan Ini Tak Lagi Layani Ekspor

Di sisi lain, Dinas Pertanian dan Pangan berencana akan menerjunkan sekitar 140-an orang petugas ke lapangan. Petugas terdiri dari para relawan, mahasiswa, dan dokter hewan. Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gede Asrama, megatakan telah bersurat ke Unud agar bersedia mengirimkan 100 mahasiswanya membantu melakukan pemeriksaan hewan kurban.

“Karena petugas kami hanya 30 orang ditambah relawan 10, jadi masih kurang. Makanya kami minta bantuan ke Unud. Kalau dengan mahasiswa Unud, ya sekitar 140 orang tim yang nanti akan terjun ke lapangan,” ungkapnya.

Pemeriksaan hewan kurban rencananya akan diawali dipenjual hewan kurban. Baru setelah itu pada H-3, tim akan bergerak ke tempat-tempat pemotongan hewan kurban seperti di masjid untuk melakukan pemeriksaan. Karena di Badung terdapat 50 tempat pemotongan hewan, maka tim ini akan dibagi. “Sama seperti tahun lalu nanti tim akan kami sebar ke tempat-tempat pemotongan hewan kurban, ke masjid-masjid juga,” terang Asrama.

Baca juga:  Nilai Ekspor April Capai Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Sesuai standar pemeriksaan, hewan kurban yang hendak dipotong akan melalui dua kali pemeriksaan yakni pemeriksaan antemortem (pemeriksaan sebelum kematian) dan postmortem (setelah kematian).

Menurut Asrama, pemeriksaan antemortem untuk melihat ciri-ciri fisik apakah hewan tersebut dalam kondisi sakit atu tidak. “Kalau sakit ya kami sarankan untuk tidak dipotong,” katanya. Sementara pada pemeriksaan postmortem yang dilakukan ialah berupa pemeriksaan organ dalam hewan kurban antara lain hati, limpa, paru, jantung dan ginjal. “Misalnya ditemukan cacing pada hati, kami akan sisihkan,” katanya lagi.(parwata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *