Suasana pelaksanaan Semnas yang berbicara tentang kebhinekaan dan persatuan. (BP/kmb)
DENPASAR, BALIPOST.com – Masyarakat Bali diharapkan lebih peka atas beragam persoalan dan dampak yang ditimbulkan globalisasi. Keberagaman persoalan dan perubahan ini harus menjadi motivasi bagi masyarakat Bali untuk mempertahankan kekhasan budaya yang akan diwariskan pada generasi berikutnya. Demikian mengemuka dalam Seminar Nasional bertema “Memaknai kebhinnekaan dan merajut persaudaraan memperkokoh jati diri bangsa,” yang diselenggarakan Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud dan BPNB Bali.

Ketua Panitia seminar nasional (Semnas) I Gusti Putu Sudiarna mengatakan Semnas diselenggarakan mengangkat isu menarik mengenai kebhinnekaan karena menjadi pembicaraan tingkat nasional menyangkut eksistensi persatuan dan kesatuan. Namun demikian, kebhinnekaan di tanah air masih tetap kokoh terjaga. “Semnas menghadirkan tokoh nasional, berbicara tentang pentingnya kebhinnekaan dan pluralisme yang harus tetap dipertahankan demi keutuhan NKRI,” kata Sudiarna, Senin (28/8).

Baca juga:  Pembaruan Awig-awig dalam Kebinekaan

Sementara itu, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Unud Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, MS., mengatakan Semnas dilaksanakan Jurusan Antropologi FIB Unud untuk memberi ilmu pengetahuan luas kepada mahasiswa-mahasiswi dan alumni Antropologi yang hadir. “Tema yang diambil sudah sangat tepat, karena pada saat ini masalah kebhinnekaan menjadi perbincangan cukup ramai di tingkat nasional. Kebinnekaan atau pluralisme merupakan suatu gagasan yang mengakui kemajemukan adalah realita,” ujarnya.

Baca juga:  PKB, Penguatan Identitas dan Pemantik Kreativitas

Ia mengatakan kegiatan ini berupaya mendorong setiap orang untuk menyadari dan mengenal keberagaman di segala bidang kehidupan seperti, keberagaman agama, sosial budaya, sistem politik, etnisitas, tradisi lokal, dan lainnya. Gagasan dimaksud dalam menciptakan kesepahaman toleransi dengan tujuan membentuk masyarakat memajukan lingkungannya di dalam kebhinnekaan dan ketentraman. “Keadilan dan kemerdekaan yang setara, sehingga secara tidak langsung menjadi masyarakat yang satu dan kuat dalam bingkai NKRI,” ujar Prof. Weda mewakili Dekan FIB Unud Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A.

Baca juga:  Istakari Apresiasi Perjuangan Gubernur Koster di Bidang Seni dan Budaya Bali

Semnas sendiri dirangkai HUT ke- 60 tahun Antropologi di Indonesia, HUT Antropologi Bali ke-55 tahun, BK FIB ke-55, dan pembentukan Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) pengurus daerah Bali.

Semnas dipandu moderator Prof. Dr. A.A. Ngurah Anom Kumbara, M.A., menghadirkan tiga narasumber ternama yakni, pembicara tokoh Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, Dosen Antropologi FIB Unud Dr. Ida Bagus Pujaastawa, M.A., dan Pembicara dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bali I Putu Putra Kusuma Yudha., S.Sos., M.Si. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *