TIDAK bisa dimungkiri, layanan data yang ditawarkan operator telekomunikasi selular nasional makin terjangkau. Luas coverage pun sudah menyentuh hingga pelosok. Tak heran jika masyarakat pun ramai-ramai “hijrah” ke bisnis digital. Potensi ini dimanfaatkan sebaik-baiknya. Masyarakat Bali juga tak mau ketinggalan, terlebih hampir semua wilayah di Bali sudah terjangkau layanan data berteknologi LTE (4G).
Bisnis online yang ditekuni pun bermacam-macam. Ada yang menawarkan ide inovatifnya dengan menjual produk buatan sendiri, ada pula yang “nyambi” jadi sopir transportasi berbasis aplikasi.
Soal “nyambi” jadi sopir berbasis aplikasi ini, Bali yang merupakan destinasi wisata terkenal dunia adalah ladang yang potensial untuk digarap. Pasalnya, kebutuhan wisatawan mancanegara maupun domestik akan transportasi umum di Bali masih belum bisa dipenuhi lewat transportasi publiknya. Alhasil, tak hanya mereka yang tak punya pekerjaan saja yang mencoba peruntungan di bisnis ini. Mereka yang sudah punya pekerjaan pun, ikut-ikutan jadi sopir online karena keuntungan yang diperolehnya.
Pengakuan Imam Mustaqin bisa jadi contohnya. Pria yang memiliki profesi petani ini banting setir jadi sopir berbasis aplikasi karena ingin memperoleh pendapatan yang lebih menjanjikan. Pria asal Jember ini nekat ke Bali untuk menjadi sopir online dengan mengandalkan cicilan mobil dan sebuah handphone.
Ia mengutarakan di Bali, potensi untuk menjadi sopir online masih sangat menguntungkan. Terlebih, hampir semua wilayah di Bali sudah terjangkau layanan data operator selular. Ia pun mengaku bisa membawa pulang belasan juta rupiah per bulan karena profesi yang ditekuninya ini.
Pengguna Telkomsel ini pun tidak pernah kesulitan dalam menerima order dari aplikasi online karena sinyal layanan data sangat jarang mengalami gangguan. “Kendalanya paling ketika baterai handphone sudah mati dan tidak bawa powerbank maupun charger. Pernah suatu ketika setelah menerima order, tiba-tiba baterai hp saya drop dan hpnya mati sehingga kesulitan dalam melacak pelanggan yang order,” ujarnya.
Tak jauh beda pengakuan dari Mahendra. Ia mengutarakan layanan data dan handphone merupakan hal yang sangat diperlukan bagi sopir online untuk bisa beraktivitas. “Pernah suatu kali, layanan data handphone saya mengalami gangguan sehingga otomatis saya tidak bisa menerima order. Buru-buru saya beli paket data untuk nomor SimPATI saya agar order bisa masuk,” sebut pria yang menggunakan dua simcard dari operator telekomunikasi yang berbeda untuk menunjang aktivitas kesehariannya.
Pengamat Ekonomi, Prof. Gede Sri Darma, D.B.A., mengatakan bisnis yang berbasis aplikasi mobile kini cenderung meningkat. Ia mengutarakan perusahaan yang kreatif, inovatif, dengan menggunakan teknologi informasi dalam aktivitasnya sehari-hari, itulah yang menang. Pesaing yang tidak terlihat ini, dikatakannya, akan menjadi bisnis masa depan.
Masyarakat pun dinilainya mulai beralih berbelanja secara online. Pergeseran minat belanja masyarakat yang menginginkan kemudahan dan kepraktisan ditunjang dengan layanan data yang makin terjangkau dengan akses hingga ke pelosok, akan membuka peluang pelanggan yang makin luas dan kesempatan bisnis.
Pertimbangan soal bisnis masa depan ini lah yang banyak dilirik pelaku usaha muda di Bali. Salah satunya Dhamar Perbangkara. Pemilik Gauri Art ini menekuni bisnis furnitur dari limbah kayu. Awalnya, ia hanya mengandalkan bisnis offline untuk usahanya ini. Namun karena ia menilai bisnis online lebih mampu memperluas pangsa pasarnya, ia pun terjun ke bisnis digital dengan bergabung ke salah satu e-commerce nasional.
Dikatakan Dhamar, bisnis kerajinan di Bali sangat banyak pesaingnya. Bisnis online merupakan salah satu jawaban dari upaya untuk memperluas akses pasar hingga ke seluruh Indonesia, bahkan dunia. Ia mengakui dengan makin terjangkaunya layanan data yang ditawarkan operator telekomunikasi, bisnis online yang ditekuninya pun ikut terbantu. “Namanya bisnis online, kita harus selalu online untuk memantau order maupun berinteraksi dengan konsumen. Mau tidak mau, layanan data menjadi salah satu penunjang penting agar bisnis juga bisa cepat berkembang,” sebut pengguna Telkomsel ini.
Praktisi e-commerce, Marlene Deine, mengatakan potensi pelaku bisnis, terutama UMKM, di Bali sangat besar. Mereka pun, sebutnya, sudah mulai merambah bisnis online. Kondisi ini tak terlepas dari makin mudahnya masyarakat memperoleh akses layanan data, bahkan hingga ke pelosok. “E-commerce sendiri dalam beberapa tahun ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat,” ujar Manager Brand Strategy blibli.com ini.
Dari Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada 2016, tercatat 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet. Sedangkan total penduduk Indonesia mencapai 256,2 juta orang. Untuk Bali dan Nusra sendiri, data APJII mencatat sekitar 6.148.796 orang sudah memiliki akses internet.
Dibandingkan dengan survei APJII pada 2014 lalu, terjadi kenaikan 51,8 persen dari 88 juta pengguna internet di 2014 menjadi 132,7 juta pengguna pada 2016. Semetara untuk perangkat yang digunakan, hampir sebagian besar menggunakan perangkat genggam. Datanya, 67,2 juta orang atau 50,7 persen mengakses melalui perangkat genggam dan komputer, 63,1 juta orang atau 47,6 persen mengakses dari smartphone, sedangkan sisanya 2,2 juta orang atau 1,7 persen mengakses hanya dari komputer.
Sedangkan jika dilihat dari konsumsi layanan data mobile, Survei APJII 2016 mengungkap bahwa paket layanan 2GB dan 3GB merupakan yang terbanyak digunakan pengguna internet. Untuk layanan 2GB, datanya mencapai sekitar 31 persen sementara 3G mencapai 21 persen.
Data pengukuran yang dirilis J.P. Morgan baru-baru ini memperlihatkan bahwa kecepatan download layanan 3G dan 4G Telkomsel merupakan yang terbaik di Indonesia. Rata-rata kecepatan mencapai dua hingga tiga kali lipat lebih baik dibandingkan operator yang lain.
Begitu pula pengukuran Net Promoter Score (NPS) yang dirilis Nielsen menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan Telkomsel berdasarkan real customer experience adalah yang terbaik di industri telekomunikasi di Indonesia. Tingginya kepercayaan pelanggan membuat pencapaian Telkomsel diakui banyak pihak hingga meraih berbagai penghargaan tingkat nasional dan internasional, di antaranya “Asia Pacific Mobile Service Provider of the Year” pada ajang Asia Pacific ICT Awards yang diselenggarakan Frost & Sullivan tahun lalu.
Akses hingga pelosok
Dalam upaya mendukung pemerintah memeratakan akses telekomunikasi di seluruh Indonesia, Telkomsel terus melakukan pembangunan infrastruktur jaringan hingga ke pelosok, termasuk di wilayah-wilayah berpenduduk yang belum memperoleh akses telekomunikasi. Pada 2017 ini, rencananya Telkomsel akan membangun sebanyak 63 Base Transceiver Stations (BTS) di lokasi-lokasi pelosok melalui program Merah Putih.
Sebanyak 63 BTS Merah Putih yang akan digelar Telkomsel pada tahun ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti di NTT (16 BTS), NTB (7 BTS), Maluku (11 BTS), Sulawesi (21 BTS), Papua (5 BTS), dan Kepri (3 BTS). Hadirnya 63 BTS baru di lokasi-lokasi tersebut diharapkan akan mampu melayani kebutuhan komunikasi dari sekitar 120.000 warga masyarakat yang sebelumnya memiliki kesulitan dalam mengakses layanan telekomunikasi.
Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah mengatakan sejak diluncurkan pertama kali di 2008, proyek Telkomsel Merah Putih telah berhasil membuka jaringan di sekitar 450 lokasi dari ujung Barat hingga ujung Timur Indonesia, yang terus ditingkatkan layanannya dari sisi kualitas dan kapasitas. “Sejak awal beroperasi 22 tahun yang lalu, Telkomsel memiliki visi untuk menyatukan Indonesia melalui hadirnya layanan telekomunikasi di berbagai lokasi di Indonesia, sehingga masyarakat bisa saling terhubung kapan pun dan di mana pun. Komitmen ini terus kami pertahankan hingga saat ini, di mana kami konsisten membangun daerah-daerah pelosok agar tidak terisolasi dari sisi telekomunikasi.”
Lebih lanjut Ririek menambahkan saat ini telekomunikasi tidak hanya menjadi kebutuhan utama masyarakat di kota besar namun juga hingga ke pelosok. “Kami pun terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui layanan seluler yang kami hadirkan, sehingga lebih banyak lagi masyarakat di pelosok yang dapat menikmati layanan telekomunikasi dengan standar kualitas yang sama dengan wilayah lainnya di seluruh Indonesia. Kami berharap hadirnya layanan ini dapat turut mendorong perubahan yang lebih baik di berbagai sektor di wilayah terkait,” ujarnya.
Di program Merah Putih, Telkomsel menerapkan teknologi berkonsep remote solution system yang dinamakan: Very Small Aperture Terminal-Internet Protocol (VSAT-IP) yang berbasis satelit ditambah dengan teknologi power supply yang menggunakan solar panel system. Teknologi ini merupakan solusi layanan komunikasi yang cocok untuk diterapkan di daerah terpencil dengan infrastruktur yang sangat terbatas dan kondisi geografis yang sangat ekstrem, seperti pedesaan dan wilayah terdepan Indonesia. Dengan diimplementasikannya teknologi ini, pelanggan dapat menikmati layanan suara, SMS, dan data dengan kualitas yang memadai.
Tak hanya pelosok, Telkomsel ujar Ririek, secara konsisten menghadirkan infrastruktur jaringan di wilayah-wilayah terdepan dan terluar di Indonesia. Sepanjang satu tahun terakhir, Telkomsel telah membangun lebih dari 120 base transceiver station (BTS) baru di daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, sehingga secara total kini 753 BTS telah beroperasi melayani berbagai wilayah perbatasan di Indonesia.
“Kami yakin bahwa berkomunikasi dan saling terhubung merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali. Sudah menjadi tanggung jawab kami untuk mempersatukan negeri secara berkesinambungan dengan terus membangun dan membuka akses layanan telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah perbatasan negara. Penggelaran jaringan telekomunikasi yang menjangkau setiap jengkal wilayah Tanah Air ini kami lakukan untuk memerdekakan seluruh masyarakat Indonesia dari keterisolasian komunikasi,” tegasnya.
753 BTS yang telah dibangun Telkomsel berlokasi di perbatasan dengan tujuh negara tetangga: 17 BTS berlokasi di Batam dan Bintan yang berbatasan dengan Singapura; 276 BTS berbatasan dengan Malaysia di Dumai, Rokan, Bintan, Karimun, Anambas, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sumatera bagian Utara, Rokan Hilir; 70 BTS di Natuna dan Anambas berbatasan dengan Vietnam, 210 BTS di Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste; 66 BTS di Pulau Rote dan Maluku berbatasan dengan Australia; 70 BTS di Sulawesi Utara berbatasan dengan Filipina; dan 44 BTS di Papua bagian Timur berbatasan dengan Papua Nugini.
Dari seluruh BTS di wilayah perbatasan negara tersebut, 240 BTS di antaranya hadir di lokasi-lokasi yang sebelumnya tidak tersentuh akses telekomunikasi. Di beberapa titik perbatasan, Telkomsel bekerjasama dengan pemerintah membangun untuk memajukan masyarakat di wilayah tersebut. Bahkan, untuk memberikan kenyamanan masyarakat dalam menggunakan layanan data, 177 BTS perbatasan telah dilengkapi teknologi mobile broadband berbasis 4G dan 3G.
Ririek menambahkan, hadirnya layanan broadband bagi masyarakat setempat ini diharapkan dapat mendorong pembangunan di daerah perbatasan, di antaranya mempercepat pertumbuhan perekonomian dan kemasyarakatan, sekaligus mampu menjadi katalisator dalam mempromosikan potensi daerah, serta meningkatkan daya tarik investasi, peluang usaha, bahkan lapangan kerja baru. “Dengan jaringan yang tersebar hingga ke pelosok negeri, Telkomsel menghubungkan Indonesia melalui layanan telekomunikasi yang membuka berbagai kesempatan baru dan mendorong dampak sosial ekonomi yang positif bagi masyarakat,” jelas Ririek.
Di sisi lain, melihat posisi penting wilayah-wilayah perbatasan yang secara geopolitik sangat strategis, kehadiran layanan Telkomsel di lokasi tersebut tentunya semakin memperkokoh terpeliharanya NKRI. Terbukanya akses komunikasi juga sangat membantu TNI dalam menunjang berbagai kegiatan operasional tentara yang bertugas di garda terdepan dalam menjaga keutuhan negara.
Secara nasional saat ini Telkomsel telah menggelar lebih dari 146.000 BTS hingga penjuru Tanah Air yang menjangkau hingga 95 persen wilayah populasi penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut, lebih dari 96.000 BTS di antaranya merupakan BTS 4G dan 3G untuk menjamin pelanggan menikmati layanan data yang berkualitas.
“Kami senantiasa berupaya mendorong pemanfaatan jaringan broadband secara lebih optimal sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi pelanggan. Untuk itu sebagai operator yang sedang bertransformasi menjadi digital telecommunication company, Telkomsel terus melakukan berbagai improvement untuk menyajikan pengalaman mobile digital lifestyle terbaik kepada para pelanggannya,” jelas Ririek. (Diah Dewi/balipost)