DENPASAR, BALIPOST.com – PT. Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti baru saja menggelar upacara nuasen dan ngaturang pakelem terkait program pembangunan bandara di Buleleng, Senin (28/8). Di balik upacara yang tergolong besar itu terselip sebuah doa agar pembangunan bandara bisa berjalan sesuai rencana.

Utamanya lagi, Kementerian Perhubungan diharapkan segera mengeluarkan izin penetapan lokasi (Penlok) untuk perusahaan yang menggandeng investor Airport Kinesis Kanada ini. “Penetapan lokasi memang dievaluasi dan diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan. Jadi melalui upacara inilah kita semua khususnya PT. BIBU mohon agar secepatnya Kementerian ini bisa memberikan ketegasan bahwa penetapan lokasi ini bisa turun. Mudah-mudahan semua bisa berjalan sesuai dengan rencana,” ujar Presiden Direktur PT. Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti I Made Mangku kepada Bali TV, Bali Post, dan Indonesia Network.

Menurut Mangku, upacara nuasen bertepatan dengan Soma Kliwon Wuku Landep pada sasih ketiga. Umat Hindu percaya, Bhatara Mahadewa sedang turun ke alam semesta untuk menyeimbangkan alam ini.

Baca juga:  Manis Galungan, Ratusan Krama Bali Pakelem di Puncak Gunung Agung

Di.sisi lain, pihaknya mengaku selalu berpatokan kepada peraturan menteri No. 20 tahun 2014 tentang pengajuan penetapan lokasi. Seluruh persyaratan yang ada juga sudah dipenuhi. Namun entah apa pertimbangan Kementrian sehingga belum menurunkan ijin Penlok hingga sekarang.

“Kami selalu memohon melalui surat resmi untuk diberikan ketegasan. Kami juga selalu meminta saran dari Kementrian termasuk agar memberikan kami kepastian. Disamping itu, kalaupun ada kekurangan daripada surat atau rekomendasi yang harus kami penuhi, biar secepatnya diberitahu ke BIBU agar secepatnya bisa diurus,” imbuhnya.

Mangku menegaskan, pembangunan bandara Buleleng nantinya akan tetap berpihak pada nelayan khususnya di Kubutambahan. Mengingat secara pribadi, dirinya adalah seorang anak nelayan yang pada jamannya adalah nelayan miskin. Itu sebabnya, nelayan diberikan perhatian lebih dengan mencari solusi atas konsekuensi pembangunan bandara nantinya.

“Kita sendiri tidak akan pernah menggusur nelayan di tempat itu. Malahan kita berikan tempat penambatan perahunya, kita siapkan pengisian bahan bakar minyak untuk mereka ke laut dan kita siapkan TPI. Itu untuk nelayan yang masih aktif. Nelayan yang tidak aktif tetapi masih pingin jadi nelayan kita akan siapkan tempat untuk mereka berbudidaya kemudian bibitnya, pakannya kita siapkan, dan hasil dari budidayanya kita beli,” jelasnya.

Baca juga:  Mulai 23 Oktober, AKAP Wajib ke Terminal Mengwi

Mangku menambahkan, pihaknya juga akan memakai sistem desalinasi untuk menyuling air laut menjadi air sehat. Sebab, air bersih saja belum tentu sehat. Sementara air sehat sudah pasti bersih.

Limbah dari penyulingan bisa menjadi bahan baku garam yang tidak dibuang ke laut. Namun akan disediakan suatu tempat yang cukup luas bagi masyarakat untuk menjadi petani garam.

“Jadi mereka bisa memproduksi garam disitu karena garam ini adalah garam yang paling bagus kualitasnya termasuk juga dia adalah kualitas garam ekspor. Kemarin kami sudah sosialisasi dengan kelompok-kelompok nelayan disana, sangat positif dan kami diberikan apresiasi luar biasa. Di back up penuh oleh masyarakat nelayan,” terangnya.

Membangun bandara diatas laut, lanjut Mangku, jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan membangun di darat. Pembangunan di darat memunculkan lebih banyak masalah lantaran ada banyak pura, situs, pemukiman, jalan raya, serta daerah-daerah subur.

Baca juga:  Menhub Terapkan Digitalisasi Pelayanan Kepelabuhan

Masalah pemukiman misalnya, tidak mungkin bisa digusur begitu saja untuk keperluan bandara. Apalagi bila menyangkut pura karena sudah pasti berada di titik atau tanah yang disucikan.

“Itu permasalahan di Bali makanya seminimal mungkin kita memakai darat. Di Bali yang kecil ini sebisa mungkin sedikit mengeksploitasi daratan,” jelasnya.

Mangku melanjutkan, pembangunan bandara di Buleleng utamanya untuk menyeimbangkan pembangunan Bali Selatan dan Bali Utara. Mengingat, pembangunan di selatan sudah sangat padat. Harus ada pengembangan ke daerah-daerah lain yang sekarang menjadi tujuan utama adalah Bali Utara dulu. Pertama, dengan membuat airport dan mengembangkan Aerocity. Setelah Aerocity mulai bagus, baru dikembangkan Marina dan selanjutnya pembangunan infrastruktur yang baik dari Utara ke Selatan.

“Tujuannya apa, yang pasti kalau pembangunan sudah bisa seimbang jadi ada destinasi-destinasi pariwisata yang baru yang kita bisa bangun jadi dia tidak melulu ke selatan,” pungkasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. Mudah2an Mentri Perhubungan segera memberikan persetujuan Lokasinya, semestinya semua masalah bisa di musyawarahkan agar agar ada keputusan apakah Bandara Buleleng ini diperlukan atau tidak kedepannya., Bola ada di Menhub., mungkin pihak promotor / bersama dengan Investornya bandara ini perlu bertemu Menhub.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *