Ilustrasi. (BP/ist)
JAKARTA, BALIPOST.com – PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) mengungkapkan proses pembangunan dari satelit Telkom 4 sudah mencapai 70%. “Pembuatan satelit Telkom-4 sudah 70%. Kita optimistis bisa lebih cepat dari jadwal keluar pabriknya,” ungkap Direktur Wholesale & International Service Telkom Abdus Somad Arief di Jakarta, Selasa (29/8).

Dikatakannya untuk membangun satelit Telkom-4 ditunjuk manufaktur Space Systems Loral (SSL) dan perusahaan peluncurnya SpaceX dari Amerika Serikat. Model pengadaan untuk Satelit Telkom-4 adalah On Ground Delivery (OGD).

Satelit Telkom 4 akan menggantikan posisi satelit Telkom 1 di slot orbit 108, yang mengalami anomaly pada pekan lalu. Satelit Telkom 4 direncanakan membawa 60 transponder, sebanyak 36 transponder akan disewakan untuk kebutuhan domestik, sedangkan sisa 24 transponder akan dipasarkan untuk India. Satelit Telkom-4 rencananya akan menggunakan platform SSL 1300 dan di desain untuk operasional selama 15 tahun

Baca juga:  Begini Keluhan Petani Sayur di Masa Pandemi Covid-19

Direktur Enterprise dan Business Service Telkom Dian Rachmawan menambahkan rencananya di pertengahan 2018 akan diluncurkan satelit Telkom 4. “Ini bukti dalam perencanaan pengadaan satelit itu Telkom terukur dan itu diakui para mitra ketika saya menjelaskan startegi ke depan untuk bisnis satelit,” katanya.

Sekjen Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB (PIKERTI-ITB) M Ridwan Effendi mengapresiasi langkah Telkom yang konsisten bermain di bisnis satelit yang strategis tetapi dikenal memiliki resiko tinggi.

Baca juga:  Jokowi Perintahkan Usut Tuntas Pelanggaran Hukum Satelit Kemenhan

“Bisnis satelit ini tinggi resikonya, mulai dari harganya yang sekitar Rp 2 triliun hingga 3 triliun. Satelit itu tidak ada ready stock, proses pembuatan lama, sekitar 2 tahun. Biaya peluncuran mahal, asuransi mahal (20% dari harga satelit). Belum lagi kalau sudah di angkasa ada resiko gerhana satelit 60 kali setahun dan sun outage. Mana umur operasi pendek. Kita bersyukur Telkom termasuk yang disiplin dalam perencanaan pengadaan satelit dan sesuai best practice di bisnis ini,” katanya.

Baca juga:  Menpar Arief Yahya Bakal Tetapkan Jember Jadi Kota Karnaval

Sebelumnya bahwa pada hari Jumat (25/08) sekitar pukul 16.51 WIB mulai terjadi anomali pada satelit Telkom 1 yang berakibat pada pergeseran pointing antena satelit Telkom 1 sehingga layanan transponder satelit Telkom 1 terganggu.

Berdasarkan hasil evaluasi dan konsultasi dengan Lockheed Martin pada tahun 2014 dan 2016 satelit Telkom 1 dalam kondisi baik dan dapat beroperasi normal hingga beberapa tahun kedepan, sekurang kurangnya sampai dengan tahun 2019, sesuai dengan best practice di industri satelit. (Nikson/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *