JAKARTA, BALIPOST.com – Masyarakat Muslim Profesional lulusan Universitas Indonesia yang tergabung dalam Solidaritas Muslim Alumni Universitas Indonesia (SOLUSI UI) mengutuk keras aparat militer dan tokoh-tokoh agama di Myanmar yang telah melakukan pembantaian terhadap ribuan etnis Rohingya yang mayoritas beragama Islam. “Kami, masyarakat Muslim Alumni Universitas Indonesia yang tergabung dalam SOLUSI UI selain mengutuk keras tindakan biadab militer dan tokoh-tokoh agama di Myanmar yang telah melakukan pembantaian etnis Rohingya, juga meminta tindakan biadab itu segera diakhiri untuk selama-lamanya. Tindakan militer dan tokoh agama Myanmar tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai agama apapun,” demikian diungkapkan Ketua Umum Solusi UI Sabrun Jamil, Sabtu (2/9).
Menurut Sabrun, tindakan aparat militer dan tokoh agama Myanmar tersebut masuk dalam kategori tindakan yang sangat biadab dan genocida atau pembasmian etnis. Tindakan tersebut harus dihentikan untuk selama-lamanya.
Hadir dalam aksi tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjen) SOLUSI UI Eman Sulaeman Nasim, wakil ketua SOLUSI UI Ahmad Gufron dan Ketua Dewan Pendiri SOLUSI UI yang juga pimpinan Pondok Pesantren Mahasiswa Yayasan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonom Universitas Indonesia (YKM FEUI) Andy Azisi Amin.
Sabrun Jamil menjelaskan, aksi pembantaian yang dilakukan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya di daerah Rakhine Myanmar terus berulang. Padahal pemimpin-pemimpin negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN dan PBB sudah meminta hal tersebut dihentikan. “Yang menyedihkan bagi kami adalah, tokoh-tokoh agama mayoritas seperti Ashin Wirathu dan tokoh politik di Myanmar seperti Aung Saan Suu Kyi bukannya menyadarkan pemimpin militer, untuk menghentikan aksi keji mereka. Karena aksi kekerasan dan pembantaian terhadap umat manusia apapun dan dimanapun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama. Tapi justru mereka malah menjadi motor penggerak atau ikut-ikutan membantai. Karena itu Kami juga menuntut agar hadiah Nobel Perdamaian yang pernah diberikan kepada Aung Saan Suu Kyi dicabut. Ternyata Aung Saan Suu Kyi bukan pecinta perdamaian, tapi pendukung pembantaian umat manusia,” tegas alumnus FT UI ini.
Sekjen SOLUSI UI yang juga Dosen Universitas Indonesia, Eman Sulaeman Nasim menjelaskan, penyelesaiannya tidak bisa diserahkan pada anggota masyarakat biasa di seluruh Asia Tenggara atau dunia. Apalagi bila hanya diserahkan pada pemerintah dan militer Myanmar.
Melainkan para kepala negara atau kepala pemerintahan yang harus bicara dan menekan pemerintah Myanmar untuk segera mengakhiri kegiatan pembantaian masyarakat Rohingnya yang dilakukan militer dan tokoh-tokoh agama di Myanmar. “Karena itu kami meminta dengan sangat kepada Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara terbesar di wilayah Asia Tenggara dan Menlu Retno Marsudi, untuk segera menggunakan hak dan wewenangnya meminta dan menekan kepala pemerintahan negara Myanmar untuk segera menghentikan aksi pembantaian dan penyiksaan terhadap masyarakat Rohingnya untuk selama-lamanya. Apa yang dilakukan militer dan tokoh-tokoh agama Myanmar melakukan pembantaian terhadap etnis Rohingnya bukan lagi urusan dalam negeri mereka. Tapi urusan kemanusiaan tingkat dunia,” tegas Eman. (Nikson/balipost)