menjerit
Petani kini tampak lesu pasalnya tanaman kakao milik mereka terserang penyakit. (BP/kmb)
NEGARA, BALIPOST.com – Belakangan ini penyakit menyerang tanaman kakao.
Hal ini membuat petani kakao di Subak Abian Gunung Sekar, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo  dibuat kelimpungan. Karena diserang penyakit, mengakibatkan hektaran  tanaman  kakao  meranggas.

Sejumlah petani kakao, Minggu (3/9) mengatakan serangan penyakit membuat tanaman kakao mati, sudah mulai dirasakan petani sejak awal tahun. Demikian juga akibat serangan penyakit  yang dinamai (geseng) hangus, membuat produksi kakao anjlok.

Hampir setiap lahan petani berisi tanaman kakao, mengalami kondisi tersebut. Ni Kayan Dentri seorang petani mengatakan penyakit tersebut ditandai dengan pucuk daun kakao terlihat layu, kemudian  menjalar ke seluruh cabang, hingga batang pohon. Akibatnya seluruh pohon terlihat (geseng) hangus terbakar.  Petani  yang mengaku  memiliki garapan sekitar 50 are, menjelaskan serangan penyakit ini   sudah   dirasakan  sejak  awal tahun. Parahnya, penyakit ini  tidak hanya menyerang  tanaman kakao  yang sudah  berbuah  yang  baru belajar  berbuah  juga ikut diserang.

Baca juga:  Petani di Dorong Manfaatkan Lahan Kering Untuk Berbudidaya Porang

Bahkan upaya  penyemprotan dengan berbagai insektisida tidak membuahkan hasil.
Kendati sudah berulang kali  disemprot, termasuk memangkas batang yang rusak,  tetap saja  tanaman kakao menjadi mati.

Dampak serangan penyakit ini, membuat produksi kakao merosot. “Di sini sebagian besar petani, menghandalkan buah kakao sebagai penghasilan harian, biasanya  mereka sekali ke kebun, bisa mendapat panen biji kakao basah 10 hingga 20 kg. Sekarang paling mendapat 5 kg dan itupun harus memilih karena biji kakao juga menghitam,” kata Men Dernen.

Men Demen mengaku mempunyai kebun sekitar 70 are. Sejak  tanaman  kakao disubak  ini diserang  penyakit, katanya belum  ada obatnya. Sejak  serangan geseng terjadi, sebagian ada yang mencegah dengan menyemprot, termasuk pengasapan dibawah pohon, namun tetap saja hasilnya sia-sia. “Habis muncul disatu pohon, muncul lagi  dipohon lainnya termasuk  yang baru  mulai  berbuah,” katanya.

Baca juga:  Denpasar Lulus Gerakan Menuju 100 Smart City

Katanya semestinya kalau tidak mendapat  serangan penyakit, memasuki bulan Juli,  biasanya petani sudah masuk panen. Namun karena sebagian besar tanaman kakao  diserang penyakit, yang   belum diketahui cara pencegahan maupun pengobatannya, dengan rusaknya tanaman kakao, penghasilan petani  menjadi  menurun.

Para petani berharap dari  petugas pertanian  turun untuk memastikan apa  sebenarnya penyakit  yang   menyerang tanaman kakao di Subak Gunung Sekar tersebut. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *