GIANYAR, BALIPOST.com – Pengadaan konten untuk Museum Subak di seputaran Pantai Masceti, Blahbatuh dipastikan akan terealisasi sebelum akhir tahun ini. Hal ini menyusul sudah turunnya anggaran sebesar Rp 6,5 Miliar dari APBN perubahan 2017. Kini penggunaan dana tersebut sudah memasuki tahap tander.
Kadisbud Gianyar, Gusti Ngurah Wijana melalui Kabid Cagar Budaya dan Permuseuman Wayan Suda mengatakan dana dari Kemendikbud RI sebesar Rp 6,5 Miliar itu sedang diproses tander melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP). “ Nanti dari ULP ini menginformasikan, rekanan yang bisa membantu pengadaan konten untuk museum, “ katanya saat ditemui, Rabu (6/9).
Suda mengatakan pengadaan konten tersebut meliputi peralatan pertanian yang memiliki nilai cagar budaya. Mencari peralatan yang berusia 50 tahun lebih ini, pihaknya pun sudah melakukan pendataan terhadap sejumlah petani di Gumi Seni ini. “Sudah ada beberapa yang di data, nanti rencananya itu akan diminta oleh dinas, dan diberikan kompensasi,“ jelasnya.
Dikatakan konten ini juga meliputi pengadaan diorama yang menampilkan sistem pertanian di Gianyar. Sebab itu di museum ini juga akan dibuatkan rumah tradisional Bali, yang masih berbahan tanah liat. “Nanti juga ada rumah Bali tempo dulu, yang pasti berbeda dengan rumah Bali model sekarang,“ ujarnya.
Diungkapkan semua konten menggambarkan kekayaan lokal Gianyar tersebut, akan dikemas menggunakan IT, sehingga lebih mudah dipahami oleh pengunjung. “ Nanti tampilannya mengadopsi IT, tapi roh tetap tradisional ini yang harus kita pertahankan, “ ucapnya.
Suda mengatakan semua pengadaan konten menggunakan anggran sebesar Rp 6,5 Miliar tersebut di deadline hingga 15 Desember mendatang. Namun kini muncul kekhawatirkan tidak adanya rekanan yang berani mengambil, mengingat waktu yang mepet ini. “Kita sadari yang mengajukan bantuan ke pusat tidak hanya Gianyar tapi seluruh Indonesia. Karena itu kita tidak bisa berbuat banyak, ketika anggaran turun di APBN perubahan, sehingga sekarang waktunya cukup mepet,“ ucapnya.
Museum ini pun rencananya akan dilounching pada Februari 2018, bertepatan sebelum akhir massa jabatan Bupati Gianyar A.A. Gde Agung Bharata. Sementara terkait nama museum ini kini akan kembali di kaji, mengingat identitas museum Subak juga ada di Tabanan. “Rencana pimpinan memberikan identitas yang sedikit berbeda, karena nama museum subak sudah ada di Tabanan, “ ucapnya.
Suda mengingatkan pengerjaan fisik bangunan museum subak yang menggunakan anggaran dari pemerintah pusat ini, sudah dimulai sejak 2014 lalu. Diawali pembuatan struktur bangunan dengan biaya sekitar Rp 2 Miliar, dilanjutkan dengan struktur lantai dua pada 2015 dengan biaya sekitar Rp 10 Miliar. Dilanjutkan dengan finishing pada tahap ketiga, juga dianggarkan dari APBN 2016 sebesar Rp 9 Miliar. “Ditambah anggran sekarang sebesar Rp 6,5 Miliar, sehingga total anggrna yang sudah dihabiskan mencapai Rp 27,5 Miliar, “ ungkapnya.
Disamping itu proyek ini juga ditambah anggaran dari APBD Gianyar 2016, sekitar Rp 1,6 Miliar untuk pengerjaan areal parkir. Selanjutnya museum ini akan dirancang menjadi bagian dari One Day River Tour, yang dikelola Dinas Pariwisata Pemkab Gianyar.
Dikatakan dalam rancangan tersebut, pengunjung akan berwisata sehari di Kabupaten Gianyar. Diawali kunjungan di Museum Subak, dilanjutkan kunjungan ke sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) Pakerisan yang sudah mendapat lebel WBD dari Unesco, diakhiri dengan wisata kuliner di Pasar Gianyar. (manik astajaya/balipost)