AMLAPURA, BALIPOST.com – Topografi desa yang berbukit-bukit menjadikan Desa Macang di Kecamatan Bebandem, Karangasem juga kesulitan air bersih meskipun potensi sumber airnya banyak. Namun warga setempat tak mau menyerah. Berbekel ilmu yang diperoleh di internet, mereka berhasil membangun jaringan pipa air minum (PAM) desa yang berbasis kincir air.
Kincir air yang berfungsi menggerakkan mesin pompa berada di saluran irigasi Subak Naga Sungsang dan Subak Macang. Saluran subak tersebut memiliki deit air sangat besar sehingga mampu memutar kincir kemudian dikoneksikan ke mesim pompa dengan sistem gardan.
Kincir air yang berfungsi mengangkat air itu merupakan ide kratif dari dua orang warga, mereka yakni mantan perbekel Putu Sugiana dan Wayan Sugiri. Gagasan mengangkat potensi air bersih di sisi utara desa sudah direalisasikan sejak tahun 2007. Saat itu mulai dibentuk PAM desa dengan dibantu Rotary Club Australia.
Menurut Sugiana, awalnya PAM desa yang mengambil air dari mata air yang sama menggunakan tenaga genset. Banyak kendala muncul saat itu, mulai dari operasional yang boros karena menggunakan solar hingga kerusakan alat yang sulit suku cadangnya. ‘’Pokoknya cerewet, distribusi air jadi terganggu,’’ ujarnya, Jumat (8/9).
Dari beragam kendala itu, Sugiana dan Sugiri kemudian mencoba mencari ilmu di google tentang peluang menggunakan kincir air. Media internet itu dipilih sebagai tempat belajar karena tak ada tempat di Bali yang bisa dijadikan lokasi studi banding. Meski tidak punya keahlian di bidang tekhnik karena keduanya hanya lulusan SMA, tapi akkhirnya tahun 2013 kincir air bisa beroperasi. ‘’Awalnya kita buat kincir dari kayu sisa bangku, tapi hanya bertahan tiga bulan. Kemudian kita ganti dengan besi seperti yang sekarang ini,’’ jelas Sugiana.
Sugiana yang kini didaulat menjadi Ketua Pengelola PAM Desa mengatakan kincir air baru benar-benar sempurna setelah tiga tahun dirintis, tepatnya Mei 2016. Saat ini kincir tersebut mampu mengasilkan air dengan debit 1,8 liter per detik. Airnya dimanfaatkan 400 KK penduduk di dua dusun di Desa Macang yakni Banjar Macang dan Banjar Tri Wangsa.
Tapi kincir tidak dimanfaatkan 24 jam penuh. Pagi selama tiga jam mulai pukul 06.00 pihak pengelola tetap memanfaatkan mesin genset. Itu juga untuk menjaga genset tidak rusak sehingga siap dioperasikan jika sewaktu-waktu kincir perlu berbaikan.
Dari sumber air, debit diangkat ke bak penangkap berkapasitas satu meter kubik. Dari bak penangkap air dialirkan ke reservoar penyaring berukuran 2 x 2,5 meter. Dari sana air di lempar sejauh 500 meter ke atas bukit setinggi 50 meter dengan pipa 1,5 dim. Dari reservoar induk berkapasitas 67 meter kubik itu air kemudian didistribusikan ke perkampungan dengan sistem gravitasi.
Kasi Pemerintahan Desa Macang, Gede Sastrawan, mengatakan sejak awal pembangunan PAM desa sudah dibantu Pemkab Karangasem melalui Dinas PU. Selain itu juga ada pemeriksaan rutin kondisi air oleh Dinas Kesehatan. Meski PAM Desa sudah mandiri, namun diakui masih ada beberapa kendala yang memerlukan bantuan pemerintah. Salah satunya menyangkut keberadaan pipa distribusi yang sudah perlu diremajakan. ‘’Kincir mampu mengurangi biaya operasional sampai 70 persen, tapi belum bisa berkontribusi untuk pendapatan desa. Sehingga kalau ada bantuan pemerintah, kami akan arahkan untuk peremajaan pipa,’’ katanya. (kmb/balipost)