GIANYAR, BALIPOST.com – Organisasi pelestarian budaya di berbagai negara dunia yang bergabung dalam The International National Trusts Organisation (INTO) menyelenggarakan International Conference of National Trusts (ICNT) ke 17 di Bali. Dan kabupaten Gianyar tepatnya di Museum Subak yang berlokasi di kawasan Pantai Masceti Gianyar, dipilih sebagai tempat pembukaan International Conference of National Trusts (ICNT) ke-17, pada Senin (11/9).

Pembukaan ICNT dihadiri hampir 200 peserta dari 31 delegasi dari berbagai negara anggota INTO, berlangsung sangat meriah.  Peserta disuguhkan dengan berbagai seni budaya tradisional Bali seperti, seperti Tarian Pari Purna yang dibawakan oleh Sanggar Paripurna, Desa Bona Gianyar.

Tari garapan I Made Sidia mengambarkan asal mula tarian topeng dan barong di Bali berdasarkan loncar Ciwa tatawa. Tarian ini mengambarkan Dewa Siwa dan Dewi Uma yang berwujud Kala Ludra dan Dewi Durga. Berkat usaha Dewa Brahma yang menjadi Topeng Bang, Dewa Wisnu menjadi penari Telek, Dewa Iaswara menjadi Barong dan Dewa bayu menjadi dalang, maka wujud Kala Ludra dan Dewi Durga bisa berubah menjadi Ciwa Uma.

Baca juga:  Dukung G20 Indonesia, GoPay Gencarkan Edukasi di FEKDI 2022

Pada kesempatan itu para peserta juga diberi kesempatan untuk ikut menerbangkan layang-layang atau di Bali dikenal dengan istilah melayangan. Tradisi melayangan di bali erat kaitannya dengan cerita rakyat rare angon yang dipercaya sebagai manifestasi Dewa Siwa sebagai rare angon yang merupakan dewa layang-layang.

Tidak hanya tarian tradisional, peserta juga diberi kesempat untuk mengetahui lebih dekat kebudayaan di Bali melalui tradisi kelecan. Kelecan adalah adu ayam yang merupakan kegiatan untuk memberikan apresiasi kepada binatang dengan sifat kesatriya, berkompetisi secara positif dan sportif.

Selain seni pertunjukan, di depan para peserta ICNT  para generasi muda yang berasal dari beragam daerah di Indonesia seperti Bali, Medan, Jakarta dan lain lainnya turut juga menyuarakan suara generasi muda untuk kelestarian alam dan budaya di Indonesia.

Ketua Dewan Pembina Badan Pelestarian Pusaka Inonesia (BPPI), Hashim Djojohadikusumo mengatakan, dalam upaya pelestarian budaya baik yang bersiap benda atau bukan akan memberikan suatu dampak pada generasi muda, agar mereka dapat memahami pentingnya pelestarian pusaka di seluruh dunia. Dengan adanya ICNT ini, ia berharap pihaknya bisa belajar dari ahli dan tokoh internasional, bagaimana cara merawat, menjaga dan melestarikan warisan budaya dan semua pusaka.

Baca juga:  Sidang Ditunda, Masyarakat Guwang Datangi Polres dan DPRD Gianyar

“Warisan budaya kan sudah cukup jelas, sedangkan warisan pusaka meliputi landscape yang mencakup tanah, gunung, laut, sungai dan udara, disamping juga mencakup hal-hal yang menyakut dampak negatif dari perubahan iklim,” jelas Hashim Djojohadikusumo.

Ditambahkan, tema dari ICNT kali ini adalah berhubungan dengan lingkungan hidup dan Budaya. Menurut Hashim, Bali mempunyai suatu peran yang khusus karena masyarakat Bali sangat terkenal dengan keharmonisan antara budaya, lingkungan hidup dan sejarahnya. Sedangkan Gianyar sendiri sudah diakui sebagai salah satu kota pusaka dari  298 kota dan wilayah Kota pusaka di seluruh dunia, dan di Indonesia ketiga setelah Surakarta dan Denpasar.

Sedangkan menurut Ketua BPPI, Catrini Kubontubuh mengatakankita tidak hanya memberi dan mengakui predikat kota pusaka, namun lebih penting bagaimana setelah diberikan predikat tersebut bagaimana implementasi selanjutnya. Saat ini kita telah melihat Gianyar sebagai contoh nyata apa yang telah dilakukan dalam upaya plestarian pusaka dan budaya dan patut di contoh oleh kota atau wilayah lainnya.

Baca juga:  Kasus Sertifikat Tanah Desa Adat Jero Kuta Pejeng Dimediasi, Ini Hasil Kesepakatannya

Sementara itu Bupati Gianyar, A.A Gde Agung Bharata mengaku sangat bangga dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian pusaka (Heritage), baik di Indonesia maupun di dunia. Bupati Agung Bharata mengatakan Gianyar termasuk paling lambat ditetapkan sebagai kota pusaka, tapi paling cepat bisa melaksanakan ICNT dengan anggota sekitar 200-an dari berbagai negara.

Menurutnya, sudah kewajiban kita untuk melestarikan warisan budaya, baik itu tentang alam, manusia dan sang pencipta. Hadir pada pembukaan ICNT tersebut, Director General of National Trust, Dame Fiona Reynalds, Sekjen OWHC, Denis Richard, dan beberapa undangan lainya dari berbagai negara.

Pada kesempatan pembukaan itu juga dilakukan pelepasan sekitar 200 ekor tukik untuk dilepasliarkan ke habitatnya dilautan. (adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *