BANTEN, BALIPOST.com – Langkah Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk terus menggenjot kunjungan wisatawan terus berlanjut. Kali ini, Kemenpar menggelar Famtrip dan Workshop Strategi Pemasaran Paket Wisata Banten 7 Wonders di Hotel Jayakarta, Anyer, Banten, 6-7 September 2017.
Bersama Dinas Pariwisata Provinsi Banten dan Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Banten, acara ini menggandeng stakeholder pariwisata di seluruh Banten untuk bersinergi dalam menjual paket-paket wisata yang menarik ke destinasi-destinasi yang menjadi unggulan tersebut.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti mengatakan, Provinsi Banten yang memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung merupakan salah satu kawasan wisata nasional yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Pemerintah pusat akan membantu secara optimal agar masyarakat sekitar bisa merasakan manfaatnya.
“Ini akan menjadi sinergi yang bagus antara Tanjung Lesung dan Banten 7 Wonders yang menjadi unggulan wisata Banten juga. Karena apa yang ada di Banten 7 Wonders ini sangat lengkap baik atraksi, budaya, alam, sejarah, bahari, dan banyak lagi akan menjadi pilihan menarik bagi wisatawan yang datang ke Tanjung Lesung. Begitu juga sebaliknya,” kata Esthy yang didampingi Kepala Bidang Promosi Perjalanan Insentif Hendri Karnoza.
Workshop hari pertama berlangsung menarik. Banyak interaktif yang dilakukan peserta sebanyak 126 orang dengan narasumber yang dihadirkan selain Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti, ada Sekjen DPP Asita Rusmiati dan PIC Destinasi Prioritas Tanjung Lesung Ida Irawati.
Saking serunya, hingga secara spontan diadakan lomba membuat paket wisata menarik untuk Banten dengan hadiah tiket pesawat pulang pergi dari Banten ke Lombok, NTB. Sontak saja para peserta sangat antusias mengikuti lomba dadakan ini.
Dibagi menjadi 5 kelompok, mereka penuh semangat membacakan paket-paket wisata menarik. Bahkan, meski workshop berakhir hingga pukul 22.00 WIB, jumlah peserta tidak surut. Keesokan harinya, peserta akan diajak famtrip ke sejumlah lokasi yang ada Banten.
Esthy menjelaskan, Banten sudah sepatutnya bangga karena punya 7 Wonders yang sudah banyak dikenal. Masyarakat Banten juga memiliki akar agama yang kuat dan memiliki budaya asli yang masih eksis sampai saat ini, sehingga menjadi destinasi wisata religi dan budaya.
“Daya tarik Banten menjadi lebih lengkap dengan adanya Taman Nasional yang berada di ujung selatan Banten, tempat dimana habitat hewan langka dilestarikan. Belum lagi pantai-pantainya yang indah. Sehingga akan menjadi mudah dan menarik bagi pelaku industri pariwisata untuk menjual paket-paket wisata di Banten 7 Wonders,” jelas Esthy.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Eneng Nurcahyati yang hari itu berperan sebagai moderator mengatakan, workshop seperti ini sangat dibutuhkan bagi pelaku industri pariwisata di Banten. Dengan mendapatkan pemaparan materi yang bagus dan sharing, maka pelaku industri pariwisata makin percaya diri dalam menjual paket-paket wisata Banten 7 Wonders.
“Semua harus bersinergi dalam dalam memasarkan wisata Banten. Dengan seringnya pembekalan seperti kegiatan sekarang ini, maka mereka akan semakin percaya diri dalam menjual paket-paket wisata Banten,” ujar Eneng.
Sementara, Ketua ASITA Banten Mukhlis Ikhsor Gatot mengatakan, Famtrip dan Workshop ini bertujuan menyatukan semua stakeholder di wilayah Banten agar bersatu saling menguntungkan dari berbagai sektor. Semua akan bekerja sama dalam mendatangkan wisatawan ke wilayah Banten.
“Banten memiliki segalanya. Promosi sudah digencarkan baik dari pusat maupun daerah. Sekarang saatnya lebih gencar menjual Banten ke luar. Harus ada simbiosis mutualisme untuk saling menguntungkan,” ujar Mukhlis.
Apa yang dimaksud Mukhlis adalah, semua sektor seperti hotel, persewaan kendaraan, UMKM, dan sebagainya, harus bisa menjual paket-paket wisata. Nantinya, bisa diinformasikan ke pelaku travel agent untuk dieksekusi bila ada calin wisatawan.
“Dengan begitu, akan terjadi share ekonomi di semua sektor, karena mereka akan mendapat fee dari agensi. Begitu sebaliknya, bila agensi mempunya rombongan wisatawan, bisa diarahkan ke hotel-hotel mereka, diarahkan belanja di UMKM, sewa mobilnya ke mereka. Jadi semuanya mendapatkan manfaatnya,” ujar Mukhlis.
Mukhlis manambahkan, sejak ditetapkannya Tanjung Lesung sebagai 10 destinasi prioritas pemerintah, diharapkan Banten bisa meningkatkan 100% kunjungan wisatawan ke destinasi wisata di Banten pada tahun ini.
“Jurusnya, ya itu tadi, melalui kerja sama antara pelaku bisnis dalam dan luar negeri. Ini bisa meningkatkan peran industri wisata untuk kesejahteraan masyarakat Banten,” ujarnya.
Untuk diketahui, di Banten, tidak hanya destinasi wisatanya saja yang indah, masyarakat Banten juga memiliki akar agama yang kuat dan memiliki budaya asli yang masih eksis sampai saat ini. Hal ini bisa menjadi destinasi wisata religi dan budaya. Daya tarik Banten menjadi lebih lengkap dengan adanya Taman Nasional yang berada di ujung Selatan Banten, tempat dimana habitat hewan langka dilestarikan.
Banten 7 Wonders ini antara lain, Banten Lama, Taman Nasional Ujung Kulon, Pulau Sangiang, Suku Baduy, Pulau Umang, Gunung Krakatau, dan Rawadano.
Situs sejarah Banten Lama merupakan sisa kejayaan Kerajaan Islam Banten pada Abad ke-16. Situs sejarah Banten Lama ini terletak di kecamatan Kasemen, kota Serang, Banten. Di kawasan situs sejarah tersebut diantaranya kita dapat mengunjungi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lamayang, Keraton Surosowan, Masjid Agung, Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesvara, Istana Kaibon, dan Pelabuhan Krangantu.
Taman Nasional Ujung Kulon yang terdiri dari Pulau Peucang, Panaitan, Handeuleum, Taman Jaya dan Gunung Honje Utara merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka Badak Jawa atau dikenal Badak Bercula Satu dan satwa langka lainnya.
Pulau Sangiang adalah Taman Wisata Alam yang terletak di Selat Sunda 10 Km dari Pantai Anyer. Pulau Sangiang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama yang menyukai wisata bahari.
Keberadaan Suku Baduy dan Cisusang juga jadi daya tarik tersendiri. Suku Baduy yang bermukim di areal seluas 5.101 ha di Desa Kanekes, Leuwidamar atau sekitar 38 km dari Rangkasbitung, kota kabupaten Lebak. Masyarakat Baduy memiliki hukum adat yang sangat kuat dengan sistim pemerintahan sendiri yaitu pemerintahan adat Baduy dengan kepala pemerintahan disebut Puun yang jumlahnya ada tiga yaitu: Puun Cikeusik, Cikertawarna dan Cibeo.
Jika mendengar gunung Krakatau, tentunya sebagian kita tahu bahwa dahulu gunung Krakatau pernah meletus dan merupakan salah satu letusan gunung berapi terdahsyat di dunia. Konon suara letusan gunung Krakatau mencapai radius 4.500 km dari titik pusat ledakan dan terdengar oleh seperdelapan penduduk bumi.
Pulau Umang berdekatan dengan kawasan wisata Tanjung Lesung, destinasi wisata ini patut dikunjungi bila ke Banten. Pulau Umang memiliki pasir putih dan air yang biru jernih, ombaknya pun relatif tenang.
Rawadano ini berlokasi di Desa Luwuk yang menjadi bagian dari Gunung Sari. Rawadano banyak digunakan masyarakat Banten dengan menaiki perahu dan berpetualang di seluruh area. Anda akan mendapatkan pengalaman unik yang belum banyak dijamah orang di sana.
Kehadiran Banten 7 Wonders ini membuat Ida Irawati semakin optimis akan melesatkan Tanjung Lesung. Menurutnya, wisatawan yang datang ke Tanjung Lesung akan semakin banyak pilihan destinasi sehingga waktu tinggalnya di Banten akan makin lama.
“Ini nanti akan terjadi saling mendukung antara Banten 7 Wonders dengan Tanjung Lesung. Ini akan membuat wisatawan sadar bahwa di Banten sangat banyak destinasi yang bisa dieksplore saat datang ke Tanjung Lesung,” ujar Ida.
Apalagi, pemimpin baru Provinsi Banten Gubernur Wahidin Halim dan Wakil Gubernur Andika Hazrumy telah berkomitmen akan memprioritaskan sektor pariwisata melalui pembangunan infrastruktur.
“Kemarin saat launching Festival Tanjung Lesung 2017 yang digelar di Gedung Sapta Pesona beliau di hadapan Pak Menteri Pariwisata sudah menyampaikan, akan mempercepat aksesibilitas sepertj jalan tol, rel kereta dan mendorong pembangunan bandara baru di Pandeglang,” ungkap Ida.
Agar 7 Wonders itu betul-betul menjadi destinasi kelas dunia, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyarankan agar diurus 3A-nya. Atraksi, Akses, Amenitas nya secara seimbang. “Karena itulah, komitmen masing-masing kepala daerah sangat penting, porsinya 50% penentu kesuksesan,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief juga menyebut Provinsi Banten memang harus terlebih dulu pembangunan infrastruktur. Sehingga makin banyak wisatawan datang hingga berdampak positif untuk perekonomian masyarakat.
Terkait aksesibilitas, lanjut Menpar, untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia tidak boleh ditempuh lebih dari 2 jam. Percepatan infrastruktur Jalan tol ke Serang-Panimbang yang berjarak 83 Km harus segera diselesaikan. “Kami tidak bisa menjual Tanjung Lesung jika jarak tempuh masih 5 jam dari Jakarta. Akses darat lain yaitu kereta api, akan dilakukan reaktivasi jalur rel kereta api Labuan hingga Panimbang,” katanya.
Untuk akses udara, pria asal Banyuwangi itu melakukan benchmarking kepada destinasi wisata kelas dunia harus punya international airport. Sebagai contoh Bandara Silangit di Danau Toba dan Bandara di Belitung akan menjadi bandara international tahun ini. Tanjung Lesung juga memiliki kesempatan yang sama, karena telah menjadi Destinasi Pariwisata Prioritas.
“Walapun bandara Soekarno-Hatta terletak di Banten, namun lebih melayani greater Jakarta. Saya mengusulkan agar dibangun bandara lagi. Lokasi di manapun di Banten, sehingga waktu tempuhnya hanya dua jam ke daerah di Banten. Pandeglang sangat berkemungkinan jika wilayahnya sudah siap,” kata Menpar Arief Yahya. (kmb/balipost)